Senin, 29/04/2024 08:03 WIB

Lahan Padi Puso Tahun Ini Diklaim Lebih Sedikit Dibandingkan Sebelumnya

Luas tanam padi yang terkenan dampak kekeringan selama periode Januari-Juni 2019 sekitar 20.964 hektare.

Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP), Sarwo Edhy di sela Rapat Koordinasi Mitigasi Kekeringan di Auditorium Gedung F Kementan, Jakarta Senin (8/7).

Jakarta, Jurnas.com - Luas tanam padi yang terdampak kekeringan selama periode Januari-Juni 2019 sekitar 20.964 hektare atau hanya 0,28 persen dari total luas pertanaman sebesar 7.359.453 hektare.

Demikian kata Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (Dirjen PSP), Sarwo Edhy, di sela Rapat Koordinasi Mitigasi Kekeringan di Auditorium Gedung F Kementan, Jakarta, Selasa (9/7).

Dari jumlah yang kekeringan itu, lahan padi yang puso alias gagal panen hanya 0,003 persen atau 232 hektare. Wilayah yang terkena kekeringan tersebar di 14 provinsi atau wilayah.

Dibandingkan dengan periode Januari-Juni 2018, luas lahan padi yang kekeringan tersebut lebih rendah sekitar 78,18 persen. Begitu pun dengan puso selama periode Januari-Agustus 2019 lebih rendah 98,74 persen dibandingkan periode Januari-Juni 2018.

Sementara kekeringan pada musim kemarau (MK) April-September 2019 juga masih lebih rendah 75,87 persen dibandingkan MK April-September 2018. Demikian juga yang puso pada MK April-September 2019  lebih rendah 98,94 persen dibandingkan MK April-September 2018.

"Saat ini yang mengalami kekeringan serius ada lahan pertanian di Jawa, Bali Nusa Tenggara. Berdasarkan data BMKG, luas lahan yang terkena kekeringan sekitar 102 ribu ha dan puso 9 ribu-an ha," ujar Sarwo.

Guna mencegah semakin luasnya lahan pertanian yang terkena kekeringan dan puso, pemerintah telah berkoordinasi dengan berbagai pihak, dari pemerintah daerah dan TNI untuk memetakan kebutuhan alat dan mesin pertanian (alsintan) dan pemanfaatan sumber air terdekat.

"Sekarang kita sudah banyak membangun sumber air. Baik itu sumur dangkal, embung, damparit, sehingga diharapkan kekeringan untuk tahun ini bisa teratasi," kata Sarwo.

Berdasarkan Informasi peringatan dini BMKG, tahun Inonesia berpotensi kemarau ekstrem hingga dengan September, dan puncaknya terjadi pada Agustus.

Wilayah yang terancam terdampak kekeringan terutama di Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (NTT).

KEYWORD :

Kinerja Menteri Pertanian Musim Kemarau Lahan Pertanian Puso




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :