Rabu, 15/05/2024 08:22 WIB

Turki Buka Komunikasi dengan Suriah Lewat Agen Mata-mata

Turki, rumah bagi hampir empat juta pengungsi Suriah, mendukung pemberontak moderat yang meminta Presiden Bashar al-Assad dicopot dari kekuasaan selama perang hampir delapan tahun yang telah menewaskan ratusan ribu orang.

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan (Foto: Murat Kaynak / Anadolu)

Ankara, Jurnas.com - Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan mengatakan pemerintahnya mempertahankan kontak "tingkat rendah" melalui agen mata-matanya dengan Suriah meskipun menjadi salah satu kritikusnya yang paling gigih.

Dilansir dari Al Jazeera, pernyataan Erdogan pada Minggu (3/2) itu merupakan konfirmasi pertama dari negara terkait diskusi langsung dengan Damaskus.

"Kebijakan luar negeri sedang dilakukan dengan Suriah pada tingkat rendah," katanya kepada televisi TRT yang dikelola pemerintah dalam sebuah wawancara, menambahkan agen mata-mata dapat mempertahankan hubungan bahkan jika para pemimpin mereka tidak.

"Bahkan jika itu adalah musuhmu, kamu tidak akan sepenuhnya memutuskan ikatan jika kamu membutuhkannya," sambungnya.

Turki, rumah bagi hampir empat juta pengungsi Suriah, mendukung pemberontak moderat yang meminta Presiden Bashar al-Assad dicopot dari kekuasaan selama perang hampir delapan tahun yang telah menewaskan ratusan ribu orang.

Ankara berselisih dengan presiden Suriah menyusul tindakan keras pada 2011 terhadap perbedaan pendapat. Erdogan saat itu mengecamnya sebagai "Assad pembunuh".

Pemimpin Turki telah mengesampingkan pembicaraan langsung dengan Assad, dan Menteri Luar Negeri Mevlut Cavusoglu mengatakan pada Desember Ankara hanya berhubungan dengan Damaskus melalui pihak ketiga, yaitu Rusia dan Iran.

Di tempat yang sama, Erdogan, mengatakan, Amerika Serikat (AS) akan segera menarik 2.000 tentaranya dari Suriah.

Jika tidak, kata Erdogan, Ankara akan mengambil tindakan untuk mencegah kemungkinan ancaman "teror" yang ditimbulkan milisi Suriah Kurdi (YPG) yang didukung AS.

"Saya berharap (AS) akan menyelesaikan pemulang militernya dalam waktu singkat karena kami tidak ingin hidup di bawah ancaman. Karean setiap kali kami melihat tanda-tanda ancaman, kami akan melakukan apa pun yang diperlukan," kata Erdogan.

Pada Desember, Pemerintah Erdogan menyambut pengumuman mengejutkan Presiden AS, Donald Trump yang ingin menarik pasukan Amerika dari negara yang dilanda perang.

Hal itu mendorong Turki untuk menunda rencananya meluncurkan operasi militer di Suriah untuk mengusir YPG, yang digambarkan Ankara sebagai kelompok teroris.

Turki mendorong "zona keamanan" 32 km di Suriah utara, setelah menerima dukungan AS, di sepanjang perbatasan selatannya.

Erdogan menunjukkan zona penyangga yang diusulkan pada peta selama siaran langsung TRT, yang katanya akan membentang dari Jarabulus di Suriah utara ke perbatasan Irak.

Ia mendesak AS, sekutu NATO, untuk menyerahkan keamanan zona itu kepada pasukan Turki.

KEYWORD :

Turki Suriah Amerika Serikat Timur Tengah




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :