Selasa, 14/05/2024 21:39 WIB

Johnson & Johnson Buka Suara Terkait Isu Bedak

Pada Senin (17/12) kemarin, perusahaan bedak bayi tersebut membeli iklan koran satu halaman penuh, dan menyodorkan kepala eksekutifnya

Ilustrasi bedak tabur (Foto: Shutterstock)

New York – Johnson & Johnson akhirnya membuka suara terkait isu bahwa produknya tercemar asbes selama beberapa dekade. Pada Senin (17/12) kemarin, perusahaan bedak bayi tersebut membeli iklan koran satu halaman penuh, dan menyodorkan kepala eksekutifnya untuk wawancara di televisi, pertama kali sejak investor menarik puluhan miliar dolar dari perusahaan tersebut.

Chief Executive J & J Alex Gorsky, dalam wawancaranya di acara `Mad Money` CNBC edisi Senin (17/12) malam, membantah bahwa perusahaan telah menyembunyikan laporan tentang kandungan asbes dalam produknya sejak 1971.

“Setiap tudingan yang menyebut Johnson & Johnson tahu atau menyembunyikan info tentang keamanan talc adalah salah,” kata J & J dilansir dari AFP.

Sementara surat kabar The New York Times dan The Wall Street Journal di hari yang sama, berisi satu halaman penuh iklan dari J & J. Isinya menegaskan perusahaan itu menyimpan bukti bahwa bedaknya aman dan bermanfaat untuk digunakan.

“Jika talc kami tidak aman, maka produk itu akan kami buang,” demikian isi iklan tersebut.

Bantahan J & J juga disampaikan lewat laman resmi perusahaan. Di sana tertulis, Reuters tidak menyertakan informasi bahwa bedakbubuk bayi J & J sudah berulang kali diuji dan ditemukan bebas asbes; dan bahwa perusahaan itu telah bekerja sama dengan FDA Amerika Serikat dan regulator lain di seluruh dunia.

“Karena tes untuk asbes dalam bedak pertama kali dikembangkan oleh J & J tidak mengandung asbes. Regulator selalu menyatakan produk kami bebas asbes,” tegasnya.

Diketahui sebelumnya, saham Johnson & Johnson anjlok lebih dari 10 persen pada Jumat (14/12), setelah perusahaan besar farmasi AS itu mendapati laporan kandungan asbes, yang terdapat dalam bedaknya selama beberapa dekade.

Dikutip dari BBC, laporan itu muncul ketika perusahaan menghadapi ribuan tuntutan hukum, yang menuding bahwa produk bedaknya menyebabkan kanker.

Adapun tinjauan dokumen yang dilakukan oleh Reuters menemukan, perusahaan menyadari jumlah jejak asbes setidaknya sejak 1971.

KEYWORD :

Johnson & Johnson Kasus Bedak Laporan Asbes




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :