Minggu, 28/04/2024 02:41 WIB

"Nian Tana" Keindahan Alam Flores dalam Balutan Busana

72 koleksi di ajang Nian Tana Creative Show 2018 terinspirasi oleh keindahan alam dan budaya Maumere Flores.

Press Conference Nian Tana Creative Show 2018 di Senayan City, Jakarta, Jumat (13/4).(Foto : Andi Mardana)

Jakarta - Nusa Tenggara Timur menyimpan banyak keindahan. Bagi siapa saja yang pernah menginjakkan kaki di tanah Flores pasti berdecak kagum dengan keindahan alamnya, budaya dan kain tenun dengan pewarna alam yang unik. Inilah yang melatarbelakangi "Nian Tana" Creative Show 2018 yang diselenggarakan La Salle College Jakarta (LCJ) di Senayan City Jakarta Jumat (13/4).

Shinta Djiwatampu, Program Director Fashion Design LaSalle College Jakarta mengungkapkan, "Nian Tanah" merupakan bahasa daerah Maumere, Flores yang artinya Mother Land (Tanah Air).

"Tema `Nian Tana` terinspirasi oleh alam dan tanam-tanaman. Di Flores, masyarakat menghargai alam mereka. Wilayahnya yang sangat alami membuat kami terinspirasi. Contohnya penari dan penenun dari Maumere. Kain tenun semuanya dibuat dari pewarna alam," kata Shinta.

Tenun dengan pewarna alam khas Meumere tidak lagi hanya dipakai masyarakat dengan bentuk yang sangat tradisional, di ajang "Nian Tana" Creative Show 2018 ini tenun Maumere didesain lebih modern dengan berbagai teknik.

Menampilkan sebanyak 70 desainer dengan total 266 baju dibagi dalam empat sekuelen dengan tema berbeda-beda diantaranya Flores dan Mini Collection. Mengawali acara, LCJ penonton disuguhkan dengan tarian khas dan musik tradisional Maumere dimana penari didatangkan langsung dari daerah asal.

"Desain busana yang ditampilkan nanti malam (Jumat malam) Eco friendly baru sebagain dan ada juga yang dicampur bahan katun line," lanjut Shinta.

Ada 72 koleksi yang memakai kain flores (pewarna alam), 33 koleksi wanita dan 39 koleksi pria. Treatment yang digunakan berbeda-beda, ada yang dicampur dengan print, fabric dan ada juga bordir. "Ada berbagai teknik kita gunakan. Ada desain modern kebutuhan sekarang ready to wear, pake kain tradisonal. Ada juga teknik cutting modern," ujarnya.

Setiap tahunnya, LCJ mengangkat tema berbeda, dimana daerah yang diangkat adalah daerah yang terkenal dengan kain khasnya. Jika 2018 mengangkat Flores, kata Shinta berikutnya akan mengeksplorasi Kalimantan Barat.

"Meskipun kita sekolah Internasional tapi kita tetap mengutamakan kekayaan alam kita. Kekayaan tekstil setiap daerah kita wajudkan dalam bentuk koleksi, seperti Flores karena tekstilnya terkenal. Ini salah satu cara menanamkan cinta Indonesia," jelas Shinta.

"Nian Tana" merupakan tugas akhir para siswa LCJ dengan harapan industri kreatif bisa berkembang sangat pesat. Dan dengan mengeksplor kekayaan alam Indonesia lewat tangan-tangan talenta muda Tanah Air. Bukan hanya teori saja yang mereka dapat, selama siswa mengikuti program, mereka dihadapkan dengan praktek yaitu terjun langsung di dunia bisnis. Sehingga setelah lulus mereka bisa memulai bisnisnya langsung.

"Saya bangga bisa belajar di LCJ, karena kita tidak hanya belajar teori tapi juga praktek, sehingga kita bisa terjun langsung berbisnis," kata Ellene Alserita Kumala Best Student Fashion Design LCJ.

Kendati demikian, untuk menghasilkan busana ready to wear ditampilkan di ajang Creative Show 2018 butuh waktu delapan bulan. Karena pengerjaannya cukup rumit mulai dari cutting modern asimetris, campur dengan teknik sablon, printing.

Perhelatan Creative Show kali ini menampilkan enam program unggulan diantaranya Fashion Designer, Fashion Bussiness, Interior Design, Digital Media Design, Photography dan Artistic Make Up. Dimana seluruh lulusan dari program-program LCJ berkolaborasi mensukseskan event "Nian Tana" dengan menampilkan karya-karya terbaik mereka.

KEYWORD :

Fashion busana Maumere Flores pewarna alam




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :