Senin, 29/04/2024 06:26 WIB

Beras Ramping Lebih Digemari Pasar

Beras ramping juga bisa masuk kualitas premium dengan harga Rp9.000 per kg, sedangkan beras bulat hanya bisa masuk kualitas medium dengan harga Rp8.030 per kg

Beras ramping juga bisa masuk kualitas premium

Majalengka – Pemiliki PB Huda Perkasa Majalengka, Wawan Setiawan menjual  beras ramping (slender) ke pasar lebih mahal dari beras bulat (bold). Ia menjual beras ramping seharga Rp8.500 per kg dan beras bulat hanya Rp8.000 per kg. Begitupun harga beli gabah ke petani, gabah ramping lebih mahal dari bulat.

"Berdasarkan saya, beras ramping juga bisa masuk kualitas premium dengan harga Rp9.000 per kg, sedangkan beras bulat hanya bisa masuk kualitas medium dengan harga Rp8.030 per kg" kata pria lulusan Sarjana Teknik itu.

Lebih lanjut Wawan menjelaskan bahwa beras ramping biasanya berasal dari varietas Ciherang, Mekongga, Inpari dan lain-lain. Sedangkan beras bulat berasal dari varietas Cibatu, Cilamaya Muncul dan lain-lain.

"Semua varietas itu ditanam oleh petani Majalengka, meskipun Ciherang tetap merupakan varietas favorit petani. Ciherang itu rasanya enak, produktivitasnya tinggi, dan harga jualnya bagus, kata Hasan petani dari Desa Ligung, Kecamatan Ligung,  Kabupaten Majalengka," jelas Wawan.

Pemulia padi dari Balai Besar Litbang Padi, Sukamandi, Indrastuti mengatakan semua varietas tersebut produk Badan Litbang Pertanian kecuali Cibatu memang varietas lokal.

"Ada lagi varietas Batutegi, tanamannya tinggi, kokoh, malai panjang, lebat, daun agak lebar, jumlah butir per malainya banyak, dan gabahnya bulat. Dalam hal rasa sebenarnya Ciherang (ramping) dan Cilamaya Muncul (bulat)  sama-sama pulen dengan kandungan amilosa medium sekitar 20 persen kata Indrastuti menambahkan," jelasnya

"Hanya saja para pemilik RMU lebih menyukai beras ramping karena umumnya RMU diseting untuk beras ramping. Kalau mau menggiling beras bulat maka perlu seting ulang yang memerlukan waktu kata Indrastuti menambahkan," sambungnya.

Saat ini panen padi di Kabupaten Majalengka hampir selesai. "Tapi alhamdulillah kami masih dapat pasokan gabah dari kabupaten tetangga yaitu dari Kecamatan Arjawinangun, Kabupaten Cirebon" kata Wawan. Hal ini diamini oleh Muhammad Yunus pemilik PB Sri Wulan.

"Pabrik beras kami tetap beroperasi hingga panen musim gadu nanti, meskipun kami harus cari gabah ke Jateng seperti Demak dan Kudus terlebih dahulu karena disana panen musim gadunya lebih awal," katanya.

"Keuntungan bisnis beras sebetulnya tidak terlalu besar, hanya sekitar Rp 40-50 per kg, jadi kalau bisa untung hingga Rp 100 per kg itu sudah hebat" kata pemilik PB Sri Ratna, Haji Dadang Rahmana.

"Padahal bisnis ini memerlukan modal besar. Coba saja hitung bila kita beli gabah 200 ton kering jemur petani (KA sekitar 16-17 persen) dgn harga Rp 5.000 per kg maka perlu modal sekitar 1 milyar Rp. Bila rendemen gabah ke beras sekitar 60% maka keuntungan tersebut hanya Rp 5-6 juta kata Dadang," sambungnya.

Kepala Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP) Bogor  Dedi Nursyamsi mengatakan pengusaha beras memperoleh keuntungan bukan hanya dari selisih biaya penjualan dan biaya produksi beras tapi ada keuntungan lain. Para pengusaha beras umumnya memiliki RMU (rice miling unit), pengering (drier), kendaraan truk, dan lain-lain. Dengan demikian biaya produksi penggilingan, pengeringan, dan transportasi, dan lain-lain akan kembali ke kantong mereka sebagai jasa.

Anggota Tim Sergap Jawa Barat itu menjelaskan bahwa para pengusaha beras juga mendapat keuntungan dari hasil samping (by product) RMU. Mereka bisa menjual dedak, bekatul, dan menir kepada para peternak itik untuk pakan.

Hanya saja hingga saat ini, kata Dedi mereka belum bisa memanfaatkan limbah sekam padi. Ia mengatakan, sekam padi bisa dibuat pupuk biosilika. Pupuk ini sangat diperlukan tanaman padi terutama di tanah-tana tua seperti Oxisol, Ultisol, dan lain-lain.

"Di Taiwan, sekam padi dibuat biochar untuk energi pemanas drier saat pengeringan padi. Bahkan RMU yang kapasitasnya besar bisa menjual sebagian biochar nya ke PLN nya Taiwan kata Dedi menambahkan," terang Dedi

Pemilik PB Bakti Rizki, Haji Bebeng Wasban MPd mengatakan, untuk mengamankan pangan nasional, kami siap pasok beras ke Bulog. Bebeng merupakan mitra Bulog yang memberikan kontribusi beras terbesar di Sub Divre Cirebon. Tahun lalu saja Bebeng setor beras ke Bulog sekitar 5.000 ton.

"Saya hanya menjual beras ke Bulog saja tidak ke tempat lain karena harganya pasti dan prosesnya mudah dan cepat kata Bebeng menambahkan. Bila GD1M (rekap pemasukan beras) dari gudang diterima, maka langsung diproses ke kantor Sub Divre Cirebon dan hari itu juga uang bisa dicairkan di BRI kata Bebeng," katanya.

KEYWORD :

Kementan Beras Ramping Majalengka Wawan Setiawan




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :