Senin, 06/05/2024 02:51 WIB

Sharing atau Flexing Versi Artis, Yuk Ketahui Perbedaannya

Melaney Ricardo mengingatkan bahwa tata krama dalam bermedia sosial menjadi hal mutlak diperlukan oleh para orang tua

Ilustrasi media sosial (Foto: Ist)

Jakarta, Jurnas.com - Tak bisa dipungkiri, kehadiran media sosial membawa seabreg manfaat bagi penggunanya. Namun, di sisi lain dampak negatif yang turut menyertai. Salah satunya menggerus adat dan norma di masyarakat.

Oleh karena itu, artis Melaney Ricardo mengingatkan bahwa tata krama dalam bermedia sosial menjadi hal mutlak diperlukan oleh para orang tua, guna membangun generasi penerus yang bijak. Apalagi, masyarakat Indonesia menjunjung tinggi adat ketimuran yang mengedepankan adab.

"Jangan mengeluarkan kata-kata caci-maki, terlebih di depan anak-anak kita. Karena kita yang menentukan akan membangun generasi penerus yang seperti apa," kata Melaney dalam kegiatan `Obrol-Obrol Literasi Digital` di Jakarta pada Kamis (19/10) lalu.

Di media sosial, lanjut Melaney, ada dua hal yang patut diperhatikan, yakni sharing dan flexing. Kedua istilah ini dalam praktiknya tampak mirip, namun memiliki konsekuensi yang berbeda.

Sharing atau berbagi sering kali bertujuan untuk menginspirasi. Sebaliknya, penyampaian sharing yang kurang tepat cenderung masuk kategori flexing atau pamer.

"Ketika kita mempertontonkan kesuksesan kita, pertama-tama harus bertanya pada diri sendiri apa tujuannya, kalau memang berniat menginspirasi, cara menyampaikannya juga harus tepat," terang Melaney.

Karena itu, pengguna harus berhati-hati sebelum mengunggah konten di media sosial. Apalagi, kini ponsel pintar bisa saja membawa malapetaka apabila tidak digunakan secara bijak.

"Pikirkan berkali-kali untuk memfilter konten yang sudah dibuat, apakah hal itu nantinya akan membawa impact yang baik atau tidak. Jika tidak, mendingan tidak usah di-share," ujar dia.

Hal senada juga disampaikan Nicholas Saputra. Artis tampan yang terkenal lewat film Ada Apa dengan Cinta ini menekankan pentingnya setiap orang mengontrol diri di dunia digital.

"Weapon of mass destruction (senjata pemusnah massal) itu bisa terjadi lewat smartphone atau digital. Ini jadi perhatian penting karena telah menjadi bagian hidup kita," kata Nicholas.

Personil Project Pop, Yosi Mokalu menambahkan, ada hal boleh dan dilarang (do`s and dont`s) yang wajib diperhatikan pengguna media sosial. Sebagai contoh, jika ingin dihormati, maka sebaiknya menghormati pengguna lain. Demikian pula ketika tidak ingin mendapatkan komentar negatif, maka harus menghindari ujaran kebencian.

"Untuk menjawab don’ts di dunia maya, kembali lagi pada pertanyaan, seberapa bertanggung jawabnya kita dalam mengelola akun di media digital," tutup Yosi.

KEYWORD :

Sharing Flexing Media Sosial Melaney Ricardo Nicholas Saputra




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :