Senin, 13/05/2024 13:01 WIB

Ahli Biokimia: Tubuh Manusia Mampu Bersihkan Paparan Zat BPA

Tubuh manusia memiliki mekanisme super canggih untuk mengeluarkan zat zat kimia berbahaya yang secara tidak sengaja masuk ke dalam tubuh

Ilustrasi Ilmuwan (Foto: Doknet)

Jakarta, Jurnas.com - Pro dan kontra bahaya zat BPA dari kemasan galon guna ulang ramai dibicarakan akhir-akhir ini. Bahkan, ada pula pesohor kecantikan yang menyebut BPA sebagai zat pemicu kanker. Benarkah?

Dokter sekaligus ahli biokmia, dr. Laurentius Aswin Pramono, M Epid, SpDP-KEMD, berpendapat bahwa berbagai penelitian belum dapat memastikan secara pasti antara kaitan BPA dengan berbagai penyakit.

Selain BPA yang masuk umumnya berjumlah sedikit, tubuh manusia memiliki mekanisme super canggih untuk mengeluarkan zat zat kimia berbahaya yang secara tidak sengaja masuk ke dalam tubuh.

BPA dan zat lain yang tidak diperlukan oleh tubuh seperti zat pewarna, perisa, pengawet, jika dalam jumlah yang berlebihan akan dibuang oleh tubuh melalui sistem ekskresi melalui ginjal dan air keringat. Jadi, tidak sampai terakumulasi dalam tubuh sehingga tidak akan menyebabkan gangguan terhadap kesehatan.

"Jadi, kita harus hati-hati terhadap statement atau pernyataan yang tidak menyertakan bukti-bukti yang valid. Dalam berbagai studi tentang BPA, paparan bahan kimia yang tidak kita konsumsi secara sengaja kecil sekali kemungkinan untuk mencapai kadar yang mengganggu kesehatan," terang Laurentius pada Kamis (5/10).

Apabila partikel BPA ini terpapar atau tertelan dalam jumlah yang sangat kecil, lanjut Laurentius, tubuh manusia memiliki mekanisme detoksifikasi melalui liver atau hati, dan mensekresikannya melalui ginjal dan air keringat. Jadi, lanjutnya, tidak sampai terakumulasi dalam tubuh sehingga tidak akan menyebabkan gangguan terhadap kesehatan.

Adapun batas aman BPA menurut EFSA adalah 4 mikrogram per kilogram berat badan per hari. Sedang studi menunjukkan bahwa dalam air kemasan kemungkinan paparan BPA itu 0,01 persen atau 1 per 10 ribu.

"Artinya, kita membutuhkan 10 ribu air atau galon dalam sekali waktu atau sekali telan untuk bisa mencapai kadar yang tidak aman. Itu sesuatu yang mustahil dan tidak mungkin tercapai," ungkap dia.

Dia juga membantah bahwa air kemasan galon guna ulang bisa menyebabkan kemandulan atau infertilitas dan gangguan metabolisme. Menurut dia, penyakit-penyakit tersebut penyebabnya sangat banyak atau multi faktor dan tidak satu efek saja.

"Jadi, air mineral galon guna ulang aman dikonsumsi," tutup dia.

Sebelumnya, Dosen Biokimia Fakultas MIPA Institut Pertanian Bogor (IPB), Syaefudin, mengungkapkan hingga kini belum ada zat kimia pengganti yang lebih aman dari Bisfenol A (BPA) untuk pengeras galon berbahan Polikarbonat atau galon guna ulang.

Dia mengungkapkan BPA yang tidak sengaja dikonsumsi para konsumen dari kemasan pangan akan dikeluarkan lagi dari dalam tubuh. Menurutnya, BPA akan diubah di dalam hati menjadi senyawa lain sehingga dapat lebih mudah dikeluarkan lewat urin.

"Jadi sebenarnya, kalau BPA itu tidak sengaja dikonsumsi oleh tubuh kita. Misalkan dari air minum dalam kemasan yang mengandung BPA. Tapi, ketika dikonsumsi, yang paling berperan itu adalah hati. Ada proses glukoronidase di hati, di mana ada enzim yang mengubah BPA itu menjadi senyawa lain yang muda dikeluarkan tubuh lewat urin," uhar Syaefudin.

Selain itu, kata Syaefudin, sebenarnya BPA ini memiliki biological half life atau waktu paruh biologisnya. Artinya, ketika BPA itu misalnya satuannya 10, masuk dalam tubuh, dia selama 5-6 jam akan cuma tersisa 5. "Nah, yang setengahnya lagi itu dikeluarkan dari tubuh. Artinya, yang berpotensi untuk menjadi toksik dalam tubuh itu sebenarnya sudah berkurang," tutur dia.

KEYWORD :

BPA Galon Guna Ulang Studi Ilmiah Laurentius Aswin Pramono




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :