Jum'at, 26/04/2024 21:25 WIB

Stunting Nasional Turun 2,8 Persen, Belum Capai Target Jokowi

Presiden menargetkan tahun 2022 3 persen belum tercapai.

Menkes Budi Gunadi Sadikin. (Foto istimewa)

JAKARTA, Jurnas.com - Hasil survei Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) menunjukkan angka prevalensi stunting di Indonesia turun sebesar 2,8 persen dari angka 24,4 persen tahun lalu menjadi 21,6 persen di tahun 2022.

Hal itu disampaikan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Budi Gunadi Sadikin pada pembukaan Rapat Kerja Nasional membahas Strategi Pembangunan Keluarga, Kependudukan, dan Keluarga Berencana serta Program Percepatan Penurunan Stunting tahun 2023, Jakarta, Rabu (25/1).

"Ingin saya laporkan hasil SGGI 2022 itu turun dari tahun lalu 24,4 persen turun 2,8 persen jadi 21,6 persen. Kalau Bapak Presiden targetnya 3 persen belum tercapai. Namun, terima kasih kepada gubernur, bupati dan walikota karena ini terjadi masa pandemi," tutur dia.

Dia menjelaskan, untuk mengejar angka stunting 14 persen di tahun 2024, maka angka stunting yang harus turun tahun ini adalah sebesar 3,8 persen. Untuk itu, perlu koordinasi lebih lanjut antara BKKBN dengan Wakil Presiden (Wapres).

"Kenapa mesti dikoordinasikan BKKBN dan Wapres karena banyak kementerian dan lembaga yang terkait. Masalah ekonomi Mensos, masalah pendidikan Menag dan Mendikbud, masalah jamban PU, Menkes kebagian intervensi spesifik," jelas dia.

Selanjutnya, dia menyampaikan, ada dua titik intervensi kesehatan yang perlu dilakukan, yakni pada saat kehamilan dan pada saat usia 4-6 tahun atau setelah selesai kewajiban ASI.

Dia menuturkan, pihaknya telah melengkapi Puskesmas 10 ribu fasilitas ultrasonografi (USG) yang bisa digunakan ibu hamil memeriksa kandungannya. Sebagaimana diketahui dari total 4,8 juta kelahiran hanya sedikit yang di-USG.

"Dicek USG kalau bayinya kurang harus dikasih makanan khusus. Itu sebabnya, kami melengkapi 10 ribu Puskesmas dengan fasilitas USG. Saya juga baru tau dari 4,8 juta kelahiran hang di USG sedikit sekali. Saya kira semua ibu waktu hamil di-USG, rupanya tidak," kata dia.

Selanjutnya, dia menyampaikan, pihaknya juga telah memberikan 100 ribu timbangan dan ditargetkan 300 ribu Posyandu punya alat antrometeri yang bagus pada tahun 2023.

"Jadi, intervensi kedua yakni pada saat dia susunya sudah selesai harus dikasih makanan tambahan. Kalau ditimbang kurang harus dikasih makanan tambahan," kata dia.

"Saya dimarahin prof UI, Unhas, Undip, UGM jangan kasih karbohidrat biskuit, tapi protein hewani. Bukan karbohidrat, bukan sayur, bukan protein nabati, tapi harus dikasih protein hewani. Jadi, kasih telor, kalau nggak ada kasih ikan supaya anak-anak kita tidak bodoh," imbuh dia.

KEYWORD :

Kementerian Kesehatan Budi Gunadi Sadikin Angka Stunting BKKBN




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :