Senin, 29/04/2024 06:15 WIB

Kekalahan Timnas dari Vietnam di 100 Hari Kanjuruhan Bisa Jadi Malapetaka Bagi PSSI

Saya tidak heran, karena pemain sehebat apapun, pelatih secanggih apapun itu tidak punya arti jika kualitas kompetisi liganya jelek ditambah di bawah kepemimpinan federasi sepak bola yang buruk.

Ilustrasi logo PSSI. (Logo bagus)

Jakarta, Jurnas.com - Kekalahan Indonesia atas Vietnam membuat langkah anak asuh Shin Tae-yong terhenti di ajang AFF Mitsubishi Electric Cup 2022 setelah pada leg kedua tim Merah Putih kalah telak dari Vietnam dengan skor 2-0 di Stadion My Dinh, Senin (9/1).

Pengamat sepak bola nasional, Amsori Bahruddin Syah mengaku tidak heran dengan kekalahan Timnas Indonesia. Sebab, kualitas pemain sangat ditentukan dengan kualitas kompetisi liga. Sementara kualitas liga ditentukan dengan kualitas induk federasi sepak bola nya.

"Saya tidak heran, karena pemain sehebat apapun, pelatih secanggih apapun itu tidak punya arti jika kualitas kompetisi liganya jelek ditambah di bawah kepemimpinan federasi sepak bola yang buruk," kata Amsori kepada wartawan, Selasa (10/1).

Selain itu, akademisi dari Universitas Nasional (UNAS) itu melihat kekalahan Indonesia atas Vietnam bertepatan dengan momentum 100 hari tragedi Kanjuruhan, Malang.

Menurutnya, ini bukan sesuatu yang kebetulan, sebab bisa jadi ini jawaban dari doa para keluarga korban yang ingin tragedi kelam menewaskan 135 nyawa itu segera di usut tuntas.

"Ada anak yang mendadak jadi yatim, seorang ibu kehilangan anak kecilnya dan ada keluarga terputus satu generasi karena semuanya meninggal usai menonton pertandingan bola," ucap Amsori.

"Kita tidak boleh menutup mata, mereka sudah menggunakan berbagai cara berjuang menuntut keadilan, entah dari tangan siapa dan doa dari mulut siapa yang berhasil mengetuk hati pemberi keadilan, sehingga seolah Indonesia diingatkan melalui kekalahannya dari Vietnam, tepat dengan momentum 100 hari tragedi Kanjuruhan," imbuhnya

Amsori mengingatkan kepada PSSI untuk tidak memandang remeh tragedi Kanjuruhan, yang seolah terlupakan dan akhirnya dilupakan.

“Biarlah ini menjadi peringatan bagi PSSI bahwa ada hal yang penting dari sepak bola, yakni keadilan bagi korban dan keluarga korban,” ujarnya

Terlepas dari itu, Amsori juga menyoroti performa pemain Timnas Indonesia yang cenderung terus menurun, terutama pasca tragedi Kanjuruhan Malang. Ia menduga akar masalahnya ada di PSSI sebagai induk organisasi sepak bola di Indonesia yang terkesan lepas tangan dari tragedi tersebut. Sehingga membuat tekanan psikologis bagi para pemain dan khususnya Shin Tae Yong.

“Setelah tragedi Kanjuruhan pelatih Shin Tae Yong ini kelihatan tidak nyaman melatih Indonesia, sehingga dampaknya hari ini Timnas kalah oleh Vietnam, beda halnya sebelum terjadi tragedi Kanjuruhan di mana Timnas di bawah Shin Tae Yong sangat luar biasa dengan performa maksimal,” ungkapnya.

Lanjut Amsori, kualitas pelatih sekaliber Shin Tae Yong tidak perlu diragukan. Ia merupakan pelatih berpengalaman dan pernah membawa timnas Korea di Piala Dunia. "Tetapi, apalah arti kualitas itu, jika PSSI sendiri dipimpin orang yang tidak profesional. Tidak akan satu frekuensi," ungkapnya

Amsori menilai profesionalitas dan keahlian Shin Tae Yong menurun karena adanya atmosfer di PSSI yang tidak baik.

“Saya melihat ini akan menjadi malapetaka bagi sepak bola Indonesia jika tragedi Kanjuruhan ini tidak dituntaskan. Imbasnya sekarang yang terjadi kepada Timnas kita kalau saya lihat itu. Orang STY pelatih terbaik kok, Jerman aja kalah sama dia, cuma kenapa sekarang ini berbeda jauh. Mainnya saya bilang di atas tadi, inilah yang mengakibatkan Timnas ini kayak begini begitu loh,” ungkapnya.

Lebih jauh kata Amsori, tipikal orang Korea itu tidak suka dengan keributan dan intervensi dari luar, apalagi terkait dengan sepak bola. Mereka, kata Amsori sangat serius dan fokus jika diembankan tugas. Namun, konsentrasi Shin Tae Yong terganggu pasca tragedi Kanjuruhan.

“Shin Tae Yong ini orang Korea, secara kultur dia tidak suka dengan intervensi, itu yang saya tahu soal orang Korea. Nah mungkin karena berisiknya persoalan Kanjuruhan belum selesai sehingga ada silang pendapat di antara PSSI, mungkin ini mengakibatkan kekacauan pemikiran Shin Tae Yong dan berpengaruh pada performa Timnas,” bebernya.

“Coba Anda lihat ketika sebelum tragedi Kanjuruhan, Shin Tae Yong memimpin Timnas ini seperti apa, sangat bagus. Nah setelah tragedi Kanjuruhan ini kok kenapa Timnas jadi begini? PSSI perlu koreksi diri apa yang terjadi sebenarnya begitu loh, PSSI harus jujur apa yang terjadi sebenarnya,” tutupnya.

Untuk itu, PSSI selaku federasi sepak bola Indonesia harus evaluasi ke dalam, karena banyak persoalan yang muncul ke luar dipengaruhi oleh profesionalitas di dalam tubuh PSSI. Hal itu berdampak pada kualitas dan prestasi sepak bola Indonesia, baik itu klub hingga Timnas Indonesia.

“Saya rasa ada persoalan yang sampai hari ini belum tuntas di tubuh PSSI, ketika terjadi tragedi Kanjuruhan. Banyak hal yang dahulu disimpan rapat-rapat akhirnya terlihat jelas oleh publik, seperti kualitas stadion, manajemen kompetisi liga, soal wasit dan kualitas kepemimpinan elite PSSI itu sendiri. Publik akhirnya tau semua," tutupnya.

 

KEYWORD :

Timnas sepak bola Tragedi Kanjuruhan Amsori Bahruddin Syah UNAS PSSI




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :