Minggu, 12/05/2024 19:12 WIB

Menteri BUMN Optimistis Pabrik Minyak Makan Merah Solusi Berbagai Masalah Migor

Pabrik minyak makan merah ditargetkan akan beroperasi pada awal tahun ini.

Menteri BUMN Erick Thohir (deoan kanan) bersama Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) Mohammad Abdul Ghani (depan kiri). Foto: ptpn

JAKARTA, Jurnas.com – Menteri BUMN Erick Thohir optimistis proyek minyak makan merah bisa menjadi salah satu solusi efektif untuk mengatasi persoalan minyak goreng (migor) yang selama ini kerap terjadi, mulai dari harga yang tinggi hingga langkanya ketersediaan produk di pasaran.

Hal itu disampaikan Erick saat meninjau progres proyek pembangunan pabrik minyak makan merah di Deli Serdang, Sumatera Utara, Jumat ((6/1/2023).

“Minyak makan merah ini lebih sehat dan punya banyak manfaat. Dengan telah beroperasinya pabrik ini, diharapkan dapat memecahkan permasalahan pasokan minyak goreng, menghadirkan minyak goreng yang terjangkau bagi rakyat, serta memberikan nilai tambah bagi petani sawit,” ujar Erick melalui keterangan tertulis yang diterima jurnas.com di Jakarta, Minggu (8/1/2023).

Erick menyampaikan, bahwa pabrik minyak makan merah ditargetkan akan beroperasi pada awal tahun ini. Percepatan pengoperasian tersebut, lanjutnya, guna merespons kebutuhan minyak goreng bagi masyarakat.

“Jika ini berhasil, maka bukan hanya petani kelapa sawit yang diuntungkan, tetapi juga seluruh rakyat Indonesia. Karena kepentingan rakyatlah yang menjadi tujuan utama kita, yang telah diberi tanggung jawab untuk meningkatkan kesejahteraannya," ungkapnya.

Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) Mohammad Abdul Ghani mengatakan, di Sumatera Utara ada tiga pabrik dengan kapasitas 10 ton minyak goreng per hari yang sedang dikerjakan, yakni di Kabupaten Deli Serdang, Langkat, dan Asahan.

“Pabrik ini merupakan pilot project yang teknologinya dikembangkan oleh PT Riset Perkebunan Nusantara dan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) sebagai salah satu anak usaha kami,” ujar Abdul Ghani.

Abdul Ghani mengatakan, jika pembangunan pabrik minyak makan merah di tahap pertama sukses, maka nantinya proyek minyak makan merah akan diimplementasikan ke pabrik kelapa sawit di seluruh Indonesia.

“Dengan begitu, kita harapkan isu minyak goreng untuk masyarakat kecil tidak akan ada lagi, bahkan bisa menyelesaikan masalah stunting serta pemberdayaan ekonomi masyarakat," tambahnya.

Sementara itu, Kepala Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) M. Edwin Syahputra Lubis, mengungkapkan, bahwa inovasi teknologi yang dilakukan PPKS bersama PT Riset Perkebunan Nusantara, dapat menghasilkan sekitar 500 kg minyak makan merah per jam.

“Minyak makan merah yang merupakan produk turunan dari minyak kelapa sawit memiliki nutrisi berupa fitonutrein (karoten dan vitamin E) yang tinggi serta kualitas asam lemak yang sangat baik bagi kesehatan,” ujar Edwin.

Menurut Edwin, dibanding dengan minyak sawit merah dalam bentuk Virgin Palm Oil (VPO), komposisi asam lemak jenuh dalam minyak makan merah jauh lebih rendah. Vitamin A yang banyak terkandung dalam minyak makan merah, lanjutnya, mampu menggantikan suplementasi vitamin A untuk mencegah stunting.

Untuk menjamin kualitas produk, Badan Standarisasi Nasional (BSN) juga telah mengeluarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk produksi massal minyak makan merah. “Minyak makan merah terbukti lebih dari sekadar minyak goreng, karena masih dapat mempertahankan kandungan fitonutriennya,” terang Edwin.

Turut hadir pula, antara lain Wakil Gubernur Sumut Musa Rajeck Shah, Direktur PTPN II Irwan Perangin-Angin, Kepala Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) M. Edwin Syahputra Lubis, dan sejumlah pemangku kepentingan lainnya.

KEYWORD :

PTPN Minyak Makan Merah Migor




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :