Jum'at, 26/04/2024 21:12 WIB

YLKI Ungkap Dampak Buruk BBM Murah pada Kendaraan

YLKI Ungkap Dampak Buruk BBM Murah pada Kendaraan.

Ketua Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI)) Tulus Abadi.

JAKARTA, Jurnas.com - Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mengatakan, masyarakat sering salah kaprah dengan membeli bahan bakar minyak (BBM) yang lebih murah, tapi penghematannya tidak signifikan. Sementara dampak negatifnya justru bisa lebih besar.

"Jadi, masyarakat sebenarnya merugi, karena harus mengeluarkan biaya maintenance yang lebih tinggi," kata Ketua Pengurus Harian YLKI, Tulus Abadi dalam siaran resminya diterima di Jakarta, Selasa (15/11).

Namun demikian, lanjut Tulus, ada fenomena kesadaran di kalangan generasi muda bahwa BBM bersubsidi akan merusak mesin, sehingga mereka lebih memilih menggunakan BBM yang lebih bagus, seperti Pertamax.

Tulus juga menyoroti beberapa langkah yang harus dilakukan pemerintah terkait dengan BBM bersubsidi. Pasalnya, sekarang ini penerapan BBM bersubsidi tidak adil secara ekonomi dan ekologis.

"Jika merujuk Undang-undang 30 Tahun 2017 tentang Energi, maka subsidi energi peruntukannya adalah untuk masyarakat tidak mampu. Jadi, jika BBM bersubsidi mayoritas digunakan oleh pemilik kendaraan bermotor, maka ini bentuk ketidakadilan dari sisi ekonomi," ujarnya.

Dari sisi ekologis, lanjutnya, BBM bersubsidi adalah bentuk ketidakadilan ekologis, sebab yang berhak atas subsidi energi adalah energi baru terbarukan, bukan energi fosil seperti BBM, apalagi BBM dengan kadar oktan yang rendah.

Tulus juga berharap agar pemerintah mengembangkan transportasi umum yang baik, nyaman, murah, sehingga ketika terjadi migrasi dari pengguna kendaraan pribadi ke angkutan umum masal akan menekan tingkat polusi di kota kota besar, khususnya Jakarta.

Ia juga mendorong adanya kebijakan berupa insentif dan disinsentif bagi warga. Sebagai contoh, bagi kendaraan yang tidak lulus uji emisi, maka bisa dikenakan tarif parkir progresif dan lebih mahal.

"Hal ini sudah mulai diujicobakan di Jakarta. Daerah lain bisa menerapkan hal yang sama," katanya.

Di samping itu, Tulus menilai upaya pemerintah untuk mempromosikan kendaraan listrik, belum cukup efektif untuk mengurangi polusi di Jakarta, tersebab jumlahnya masih minimalis, dibanding jumlah kendaraan bermotor yang berbasis bensin.

Oleh karena itu, yang mendesak untuk mengurangi polusi di Jakarta adalah migrasi ke angkutan umum, dan mengganti /menggunakan bahan bakar yang berkualitas baik dan ramah lingkungan.

KEYWORD :

Pertamax Bahan Bakar Minyak Tulus Abadi YLKI BBM Bersubsidi




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :