Senin, 29/04/2024 00:49 WIB

Memiliki Kehidupan Setelah Empat Puluh Tahun yang Sehat dan Bahagia

Memiliki Kehidupan Setelah Empat Puluh Tahun yang Sehat dan Bahagia

Ilustrasi lansia sedang berolahraga

Jakarta, Jurnas.com - Memperingati Hari Menopause Sedunia (World Menopause Day) 2022, Perkumpulan Menopause Indonesia atau PERMINESIA mendukung International Menopause Society (IMS) dalam kampanye dengan tema ‘Cognition and Mood’.

PERMINESIA mengajak perempuan Indonesia untuk memiliki kehidupan setelah empat puluh tahun (KESEMPATAN) yang sehat dan bahagia. Penting untuk melakukan deteksi dini gejala-gejala yang terjadi pada perempuan menopause agar tidak terjadi penurunan kualitas hidup.

Gangguan kognitif merupakan gejala yang paling umum dialami setidaknya 44-62% populasi. Perubahan hormon pada perempuan dalam masa menopause menyebabkan penurunan kemampuan berpikir, yaitu mengalami kondisi lupa sesaat atau ‘Brain fog’, kesulitan memilih kata (verbal fluency), dan penurunan daya ingat.

Selain itu, perubahan hormon seperti estrogen, FSH dan LH, serta fluktuasi prolaktin dan kortisol menjadi penyebab gejala stress, kecemasan, dan depresi dialami oleh perempuan dalam masa menopause. Dalam masa perimenopause dan postmenopause, setidaknya perempuan mengalami peningkatan risiko 2 sampai 4 kali untuk mengalami depresi.

Dr. dr. Tita Husnitawati, Sp.OG (K)-Fer, Presiden PERMINESIA, menjelaskan bahwa menopause merupakan kejadian alamiah yang pasti dialami semua perempuan. Kondisi menopause merupakan kondisi berhentinya siklus menstruasi secara alami. Perubahan hormon pada tubuh perempuan menopause menyebabkan gejala-gejala yang dapat mengurangi kualitas hidup.

Ia melanjutkan, kondisi menopause menyebabkan gejala atau sindroma metabolik yang terdiri dari obesitas perut yang ditandai lingkar perut lebih dari 80 cm, tekanan darah meningkat, dan pemeriksaan laboratorium menunjukan profil lemak abnormal dan gula darah meningkat. Hal ini terjadi karena konsumsi makanan berkalori tinggi, kebiasaan merokok, dan pertambahan usia.

Risiko perubahan tubuh akibat menopause dapat dihindari dengan kebiasaan hidup sehat yaitu dengan berolahraga teratur, mengonsumsi makanan bernutrisi sehat dan gizi seimbang, dan menghilangkan kebiasaan buruk seperti merokok.

“Jenis olahraga yang tepat adalah olahraga yang membuat lancar atau tidak menghambat pertukaran udara (aerobik) adalah jenis olahraga yang dianjurkan, sebaiknya dilakukan setiap hari selama 30 menit, minimal 4 kali seminggu, dengan jenis aktivitas yang disesuaikan dengan usia,” tutur dr. Tita.

Selain gaya hidup, pengobatan untuk gejala menopause dapat dilakukan dengan pengobatan hormon.

Dr. dr. Natalia Widiasih, Sp.KJ (K), MPd.Ked, Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa, menjelaskan bahwa perubahan hormon yang dialami perempuan dalam masa menopause menyebabkan gejala-gejala yang menganggu produktivitas dan dapat menurunkan kualitas hidup.

Perempuan dalam masa menopause rentan mengalami penurunan daya berpikir (fungsi kognitif), khususnya berupa penurunan daya ingat dan kelancaran verbal, yang berpotensi menjadi demensia di kemudian hari.

Selain itu, perubahan hormon juga mengganggu kesehatan mental perempuan di masa menopause.  Perempuan menopause lebih rentan mengalami gangguan mood yang meliputi perasaan gelisah, sensitif, dan perubahan mood yang fluktuatif (mood swing).

Perubahan mood tersebut dapat berkembang menjadi lebih berat dan menyebabkan gejala kecemasan dan depresi. Gejala kecemasan ditandai dengan perasaan gelisah, panik, berkeringat, hingga sesak napas. Sementara, depresi dapat ditandai dengan perasaan lelah, tidak berenergi, gangguan tidur, konsentrasi yang buruk, dan perubahan berat badan yang dapat memperburuk kualitas hidup.

Selain itu, proses penuaan pada fisik perempuan menimbulkan rasa tidak percaya diri dan terbentuknya pandangan negatif pada dirinya (negative body image).

“Berbagai faktor lain seperti keadaan ekonomi, dukungan sosial yang rendah, kondisi medis tertentu, riwayat gangguan mental, dan kepribadian individu juga dapat berpengaruh terhadap perubahan mood,” jelas dr. Natalia.

Hubungan dalam keluarga dan pasangan yang baik dapat membantu meringankan stress akibat menopause dan membantu perempuan menjadi lebih resilien dalam melewati fase ini. Peran support system sangat penting dalam membantu perempuan menjalankan masa menopause.

Ketika terdapat disfungsi seksual akibat menopause, pasangan perlu saling mengkomunikasikan ekspektasi satu sama lain terkait hubungan seksual. Pasangan juga dapat melakukan couples therapy untuk membantu pasangan agar dapat saling memahami dan membentuk strategi dalam menghadapi perubahan biologis, hormonal, dan psikologis yang sedang terjadi.

“Beberapa hal yang perlu dibicarakan adalah bagaimana fase menopause ini berdampak pada hubungan, keintiman, seksualitas, dan bagaimana harapan dan ekspektasi terhadap satu sama lain dalam melewati fase ini,” tutupnya.

KEYWORD :

PERMINESIA Menopause Sehat




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :