Jum'at, 03/05/2024 01:29 WIB

Perlu Sosialisasi yang Sistematis untuk Tingkatkan Kesadaran Masyarakat Terkait Kanker

Saat ini 70% pasien kanker payudara yang mendapatkan penanganan dokter sudah berada dalam stadium lanjut sehingga memiliki kemungkinan sembuh yang rendah.

Wakil Ketua MPR, Lestari Moerdijat. (Foto: Humas MPR)

Jakarta, Jurnas.com - Diperlukan gerak bersama lintas sektor secara berkelanjutan untuk mendorong kegiatan sosialisasi deteksi dini dan penanganan kanker payudara yang terstruktur dan sistematis dengan payung hukum yang kuat, di tanah air.

"Sosialisasi dan kampanye kesehatan terkait kanker payudara harus dilakukan secara sistematis dan memiliki payung hukum yang kuat untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat terkait kanker tersebut," kata Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat saat membuka diskusi daring bertema Deteksi Dini Kanker Payudara Menyelamatkan Kehidupan Bangsa yang digelar Forum Diskusi Denpasar 12, Rabu (19/10).

 

Karena, menurut Lestari, kenyataannya saat ini 70% pasien kanker payudara yang mendapatkan penanganan dokter sudah berada dalam stadium lanjut sehingga memiliki kemungkinan sembuh yang rendah.

Data Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia (Peraboi), tambahnya, mencatat dari 10.000 kasus kanker payudara, sekitar 70% adalah stadium 3 dan 4.

Berdasarkan fakta itu, ujar Rerie, sapaan akrab Lestari, seruan untuk melakukan deteksi dini lewat program SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) dan SADANIS (Pemeriksaan Payudara Klinis) merupakan langkah penting yang memungkinkan tindakan lanjutan secara cepat dan tepat.

Kolaborasi lintas sektor antarlembaga pemerintah, jelas Rerie, yang juga anggota Komisi X DPR RI dari Dapil II Jawa Tengah itu, harus ditingkatkan untuk mewujudkan sebuah gerakan yang mampu mendorong semakin banyak sosialisasi deteksi dini kanker payudara di tengah masyarakat.

Rerie mengajak semua pihak untuk bergerak bersama dalam upaya membangun pemahaman masyarakat bahwa mengupayakan pencegahan kanker payudara sejak dini merupakan langkah yang sangat penting untuk menyelamatkan kehidupan bangsa.

Karena, tegas Rerie, Ibu yang sehat dan terbebas dari kanker akan sangat berperan dalam mewujudkan keluarga yang sehat dan mampu melahirkan generasi penerus bangsa yang sehat dan tangguh.

Direktur Utama Rumah Sakit Kanker Dharmais, Soeko Werdi Nindito mengungkapkan kanker payudara merupakan kanker dengan jumlah penderita tertinggi di Indonesia.

Di Jakarta saja, ujar Soeko, pertambahan kasus kanker payudara per tahun diperkirakan 176 kasus. Diakuinya, penyebab kanker payudara belum diketahui dan yang bisa diwaspadai adalah faktor-faktor risikonya.

Berdasarkan penelitian, ungkap Soeko, bila tidak ada upaya pencegahan pada 2035 akan terjadi pertambahan kasus kanker payudara sekitar 85% di tanah air.

"Jadi harus ada tindakan yang segera dan deteksi dini harus dilakukan untuk meningkatkan upaya pencegahan," ujar Soeko.

Menurut Soeko, harus ada shifting paradigma dalam pelayanan terkait kanker di Indonesia antara lain lewat tata laksana pelayanan yang dimulai pada stadium awal.

Setiap rumah sakit, tambah Soeko, seharusnya memiliki sejumlah langkah layanan antara lain preventif, skrining dan deteksi dini, diagnostik, palliative, rehabilitasi medik dan beberapa tindakan lainnya.

Namun, ujarnya, sebagian besar rumah sakit hanya mampu memberikan layanan kanker yang terbatas.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kementerian Kesehatan RI, Eva Susanti mengungkapkan kanker yang banyak menimpa perempuan adalah kanker payudara dan kanker leher rahim. Sedangkan pada laki-laki mayoritas alami kanker paru-paru dan usus.

Berdasarkan catatan Kemenkes, ujar Eva, pada 2020 sebanyak 54% kasus kanker diderita oleh perempuan.

Dalam mengatasi kondisi tersebut, menurut Evi, pemerintah berupaya melakukan transformasi sistem kesehatan lewat peningkatan layanan primer, layanan rujukan, sistem kesehatan, SDM kesehatan dan teknologi kesehatan.

Dalam penanggulangan kanker, ungkap Evi, Kemenkes memilki empat pilar yaitu promosi kesehatan, deteksi dini, perlindungan khusus dan pelayanan khusus.

Hambatan sering terjadi, ujarnya, karena di tingkat Puskesmas promosi kesehatan terkait kanker payudara sangat kurang. Akibatnya, kesadaran masyarakat untuk melakukan SADARI dan SADANIS juga rendah.

Di sisi lain, ujar Evi, layanan mammogram yang merupakan tindak lanjut dari SADARI biayanya belum ditanggung JKN.

Eva berharap dukungan dari semua pihak untuk mendorong promosi kesehatan kepada masyarakat terkait kanker payudara, terus ditingkatkan.

Selain itu dia juga mendorong diberlakukannya kebijakan wajib deteksi dini kanker bagi para pegawai kementerian dan lembaga atau perusahaan swasta lainnya untuk mencegah peningkatan kasus kanker stadium lanjut di tanah air.

 

Anggota DPR RI Komisi IX Fraksi Partai NasDem, Ratu Ngadu Bonu Wulla berpendapat deteksi dini kanker payudara penting diwujudkan dan perlu gerakan bersama untuk menekan pertumbuhan kasus, yang sekaligus meningkatkan angka harapan hidup para perempuan Indonesia.

Pada kesempatan itu Ratu Ngadu berkomitmen untuk terus mendorong upaya memasyarakatkan deteksi dini kanker payudara di masyarakat.

Selain itu, Ratu Ngadu juga berjanji untuk mengupayakan kemudahan akses layanan kesehatan bagi pasien kanker payudara, lewat upaya mendorong kolaborasi kementerian dan lembaga yang terkait.

 

Wartawan senior Saur Hutabarat berpendapat deteksi dini kanker harus didorong lebih cepat agar memberi hasil lebih baik.

Upaya pemeriksaan payudara sendiri, menurut Saur, harus menjadi pengetahuan umum bagi setiap anak perempuan usia 12 tahun ke atas di Indonesia.

Selain itu, tambah Saur, dampak psikologis pascadeteksi dini harus menjadi perhatian, selain upaya kemudahan akses layanan kesehatan lanjutan terhadap penderita kanker payudara.

KEYWORD :

Kinerja MPR Lestari Moerdijat Kanker Payudara Sosialisasi Deteksi Dini




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :