Kamis, 02/05/2024 09:58 WIB

Mengerikan, Kesaksian WNI Tentara Rusia Sebar Ranjau Target Sipil

WNI di Ukraina jadi saksi tindakan tentara Rusia menanam ranjau darat di wilayah perkotaan yang menyasar anak-anak dan perempuan.

Kesaksian WNI di Ukraina atas aksi Rusia. (Foto: Jurnas/Screenshot).

Jakarta, Jurnas.com- Warga Negara Indonesia (WNI) yang bertahan di Ukraina menjadi saksi tindakan tentara Rusia yang sengaja menanam ranjau darat di wilayah perkotaan yang menyasar warga sipil seperti perempuan dan anak-anak.

Menurut Pepi Aprianti, WNI yang dulu tinggal di Kyiv bersama suami dan sekarang sudah ke Vinnytsia menyatakan meskipun tentara penjajah Rusia telah ditarik mundur keluar kota sampai saat ini warga belum dapat kembali.

“Banyak ranjau yang ditanam oleh tentara Rusia. Kami harus menunggu sampai tentara Ukraina membersihkan ranjau darat yang ditanam Rusia. Banyak ranjau yang ditanam oleh tentara Rusia untuk menambah korban jiwa,” tuturnya dalam siaran langsung Kopi Timur yang digelar Rakyat Merdeka Online (RMOL), baru-baru ini.

Seperti sampai saat ini Rusia menjadi sedikit negara yang belum meratifikasi konvensi pelarangan penggunaan ranjau anti personel (Konvensi Ottawa) yang disepakati ratusan negara di Oslo, Norwegia pada 18 September 1997. Di bawah kepemimpinan Presiden Vladimir Putin, Rusia selalu enggan menyetujui Perjanjian Pelarangan Ranjau. Mereka beralasan kurang memiliki alternatif senjata di luar senjata ranjau anti personil hingga kesulitan keuangan dalam menghancurkan persediaan ranjau.

Sejak 1999, pasukan Rusia telah menggunakan ranjau anti-personil di wilayah-wilayah jajahan mereka seperti Chechnya, Dagestan, Tajikistan, dan di perbatasan dengan Georgia. Rusia berpendapat bahwa penggunaan ranjaunya diperlukan untuk menghentikan aliran senjata, obat-obatan, dan teroris. Rusia telah memproduksi setidaknya 10 jenis ranjau anti-personil sejak 1992, termasuk ranjau ledakan (PMN, PMN-2, PMN-4, dan PFM-1S) dan ranjau fragmentasi (POMZ-2, OZM-72, MON-50, MON- 90, SEN-100, dan SEN-200).

Tidak hanya menolak pelarangan penggunaan ranjau anti personil, Rusia juga mengekspor produksi ranjau mereka setidaknya ke 30 negara. Salah satunya sejak 2012, tentara Suriah telah menggunakan ranjau asal Soviet/Rusia, termasuk ranjau anti-personil PMN-2 dan PMN-4 dan ranjau antikendaraan TMN-46 dan TM-62, di sepanjang perbatasannya dengan Lebanon dan Turki.

Sejak 2014, ranjau anti-personil yang diproduksi di Rusia digunakan gerombolan bersenjata Batalyon Zarya yang beroperasi di Donetsk dan Lugansk Ukraina Timur memasang ranjau anti-personil PMN-4, bersamaan dengan memasang ranjau anti kendaraan TM-62M. Selain bahaya ranjau anti personil yang disebar tentara Rusia di wilayah perkotaan, masyarakat Kyiv masih mengkhawatirkan serangan rudal jarak jauh yang menyasar masyarakat sipil.

“Walikota Kyiv, Vitali Klitschko telah menghimbau masyarakat untuk tidak pulang terlebih dahulu karena Ibukota Kyiv masih dalam ancaman serangan udara masih banyak terjadi dan ancaman bagi warga di Kyiv. Saya bersama WNI yang lain ikut merasakan bagaimana terornya serangan rudal Rusia setiap jam,” tuturnya.

Kehancuran Ibukota Kyiv, Ukraina akibat serangan udara mengingatkan akan taktik keji Rusia yang merajam kota Aleppo di Suriah. Saat itu pasukan Bashar Assad dan Rusia merajam kota-kota pemberontak dengan rudal dan peluru. Serupa di Aleppo, Kyiv menjadi saksi serangan rudal Rusia yang menyasar sekolah, rumah sakit hingga rumah ibadah. Tidak sedikit kompleks pemukiman warga menjadi puing dan reruntuhan.

KEYWORD :

Sebar Ranjau Tentara Rusia Ukraina




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :