Kamis, 16/05/2024 09:03 WIB

Dari TOT Smart Farming dan Digitalisasi Pertanian, Kementan Bidik 1 Juta Petani dan Penyuluh

Mereka akan menyampaikan materi smart farming terkait penggunakan benih dan bibit yang bermutu, pemanfaatan bio science dan bio teknologi termasuk pemupukan berimbang.

Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo didampingi Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi memberikan keterangan pers usai membuka Training Of Trainer (TOT) Smart Farming dan Digitalisasi Pertanian bagi Widyaiswara, Dosen, Guru, dan Penyuluh Pertanian di Gedung Bina Karakter, Pusat Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Pertanian (PPMKP) Ciawi, Bogor, Selasa (25/1)

CIAWI, Jurnas.com - Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Kementerian Pertanian (Kementan) Training Of Trainer (TOT) Smart Farming dan Digitalisasi Pertanian bagi Widyaiswara, Dosen, Guru, dan Penyuluh Pertanian.

Digelar di Gedung Bina Karakter, Pusat Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Pertanian (PPMKP) Ciawi, Bogor, Selasa (25/1), TOT ini dihadiri 14 ribu peserta (luring dan daring) dari target 250 peserta.

"Nah, nanti dari TOT ini para widyaiswara, dosen, guru, dan penyuluh menyampaikan kepada petani melaui Training of Facilitators (TOF). Terget pelatihan 1 juta petani dan penyuluh," jelas Dedi kepada Jurnas.com.

Mereka akan menyampaikan materi smart farming terkait penggunaan benih dan bibit yang bermutu dan berkualitas, pemanfaatan bio science dan bio teknologi termasuk pemupukan berimbang.

"Termasuk pengendalian Organisme Penggangu Tanaman (OPT) menggunakan pestisida nabati, termasuk penggunaan drone untuk pemupukan, penggunaan alat mesin panen dan pasca panen hingga packaging dan pemasaran," jelas Dedi.

Dedi pun menjelaskan bahwa hanya smart farming dan digitalisasi pertanian yang mampu menjawab tantangan dalam menyediakan pangan untuk 273 juta jiwa Indonesia di tengah perubahan iklim dan hantaman pandemi COVID-19.

"Dalam kondisi perubahan iklim dan kondisi kita yang masih dihantam pandemi COVID-19, produktivitas dan produksi pertanian tidak boleh berkurang. Solusinya adalah smart farming dan digitalisasi pertanian," tegas Dedi.

Karena itu, implementasi smart farming dan digitalisasi pertanian menggunakan Internet of Things (IoT) harus segera dilaksanakan guna meningkatkan agenda intelektual, khususnya penyuluh dan petani.

"Saya menyambut baik inisiasi Kepala Pusat Pendidikan Pertanian, yang mengadakan TOT smart farming mengenai digitalisasi pertanian yang disampaikan kepada widyaiswara, dosen, guru, dan penyuluh pertanian," kata Dedi.

Sementara itu, Mantri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo mengatakan, pertanian saat ini dan ke depannya dihadapkan dengan tantangan besar seperti bertambahnya jumlah penduduk, keterbatasan lahan, dan perubahan iklim.

"Karena itulah, smart farming dan digitalisasi pertanian terus kita dorong karena pertanian sangat bergantung pada cuaca. Cuaca harus kita tundukkan dengan memiliki atau menggunakan cara baru (modern)," katanya.

Mantan gubernur Sulawesi Selatan itupun berharap smart farming yang lebih masif dapat menarik minat generasi milenial untuk terjun pertanian. Pasalnya, gernasi milenial memiliki semangat berinovasi yang tinggi.

"Biasanya yang muda-muda itu lebih mudah tertransfer teknologi pertanian modern. Karena terbukti, petani milenial yang kita asistensi rata-rata penghasilanya ada yang puluhan juta, ratusan juta bahkan ada yang sampai miliaran," katanya.

Syahrul mengakui tidak mudah untuk mencetak 1 juta petani tetapi akan memaksakan diri. "Ini tidak mudah tapi Kementan bersama dengan jajaran BPPSDMP akan memaksakan diri mau atau atau tidak kita harus beradaptasi dengan perubahan iklim," pungkasnya.

KEYWORD :

Smart Farming BPPSDMP Dedi Nursyamsi Syahrul Yasin Limpo Digitalisasi Pertanian




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :