Jum'at, 26/04/2024 19:06 WIB

Kementan Gerak Cepat Petakan Bantuan Antisipasi Puncak Kemarau

Berdasarkan data EWS Ditjen Hortikultura produksi bawang merah nasional bulan Mei hingga dengan Agustus 2020 masih surplus.

Petani memanfaatkan mesin pompa air untuk menyiram tanamannya. (Foto: Ist)

Jakarta, Jurnas.com - Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan) bergerak cepat turun ke lapangan untuk memastikan bantuan dan komponen yang dibutuhkan di kawasan sentra utama tanaman hortikultura.

Seperti diketahui, hasil Forum Diskusi Iklim (FDI) dengan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) April lalu, puncak musim kemarau diprediksi terjadi pada Agustus mendatang.

"Kami Direktorat Perlindungan Hortikultura telah berkoordinasi dengan Dinas Pertanian dalam rangka Antisipasi Dampak Perubahan Iiklim (DPI) terhadap komoditas hortikultura di seluruh Indonesia," ujar Direktur Perlindungan Hortikultura, Sri Wijayanti Yusuf pada Jumat (15/5).

Sri mengatakan, kekeringan hampir setiap tahun terjadi, terutama di daerah rawan. Bencana kekeringan cenderung terus meningkat, baik frekuensi, intensitas dan distribusi kejadiannya. Sehingga berpengaruh terhadap subsektor hortikultura, termasuk komoditas cabai.

Langkah konkret yang dilakukan untuk penanganan ini adalah tim bergerak secara cepat turun ke lapangan untuk memastikan bantuan dan komponen apa saja yang dibutuhkan untuk mengamankan pertanaman di kawasan sentra utama," ungkapnya.

"Di antaranya penggunaan varietas yang sesuai untuk musim kemarau, bantuan pompa air yang juga difalitasi dengan APBN, serta penggunaan bahan pengendali OPT ramah lingkungan," tambahnya.

Kepala Balai Proteksi Tanaman Pertanian (BPTP) DI Yogyakarta, Maman Suherman mengatakan, pada 2019 pihaknya mendapatkan bantuan untuk penanganan DPI dari dana APBN di kawasan cabai seluas 95 hektare. Lokasinya tersebar di Kabupaten Sleman 45 hektare dan Kabupaten Kulonprogo 40 hektare.

"Tentunya bantuan ini diharapkan bisa menjadi stimulan dan sekaligus menjadi penyemangat bagi kelompok tani agar tetap semangat dalam menjaga pertanaman di lapangan," kata Maman.

Maman menambahkan bahwa berbagai upaya antisipasi DPI bertujuan untuk memperkecil resiko serangan OPT dan DPI sehingga produksi hortikultura terjaga.

"Mulai dari kualitas, kuantitas, menguntungkan petani, menjamin kesehatan manusia serta mempertahankan kelestarian lingkungan hidup," pungkasnya.

Data Early Warning System (EWS) Hortikultura

Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto menjelaskan bahwa berdasarkan data EWS Ditjen Hortikultura produksi bawang merah nasional bulan Mei hingga dengan Agustus 2020 masih surplus.

Bulan Mei, produksi 120.373 ton, kebutuhan 119.080 ton, surplus 1.293 ton. Bulan Juni, produksi 135.060 Ha, kebutuhan 112.688 ton, surplus 22.372 ton. Bulan Juli dan Agustus produksi juga aman.

Ia juga menyampaikan, untuk menjaga pertanaman di lapangan, dari serangan Organime Pengga Tumbuhan (OPT) dan dampak perubahan iklim masih terkendali dengan baik berkat dukungan Dinas Pertanian, melalui petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT).

KEYWORD :

Musim Kemarau Tanaman Hortikultura Bulan Agustus




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :