Sabtu, 20/04/2024 13:12 WIB

PBB: Seluruh Dunia Sedang Berperang Lawan Terorisme

Ancaman yang belum pernah terjadi sebelumnya itu, menurut Guterres memengaruhi setiap negara, dengan memperburuk konflik dan mengganggu stabilitas seluruh kawasan.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres

New York, Jurnas.com - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres menegaskan bahwa seluruh negara di dunia sedang berperang menghadapi intoleransi, ekstrimisme, dan terorisme.

Ancaman yang belum pernah terjadi sebelumnya itu, menurut Guterres memengaruhi setiap negara, dengan memperburuk konflik dan mengganggu stabilitas seluruh kawasan.

"Cara terbaru ialah terorisme siber, dengan menggunakan media sosial dan dark web untuk mengoordinasikan serangan, menyebar propaganda, dan merekrut pengikut baru," ujar Guterres dalam pertemuan tingkat menteri Dewan Keamanan PBB, pada Kamis (26/9) di New York, Amerika Serikat.

Dia menekankan bahwa respons terhadap ancaman teroris ialah melengkapi langkah-langkah keamanan dengan upaya pencegahan yang mengidentifikasi, dan mengatasi akar penyebab, dengan tetap selalu menjunjung hak asasi manusia (HAM).

Duta Besar AS untuk PBB, Jonathan Cohen mengatakan, upaya melawan terorisme yang tidak menghormati hak asasi manusia pada akhirnya melahirkan kebencian dan kekerasan ekstremisme.

"Ketika negara-negara anggota atau organisasi regional menyatukan terorisme dengan perbedaan pendapat politik tanpa kekerasan, mereka merugikan tidak hanya untuk perlindungan hak asasi manusia dan kebebasan mendasar, tetapi untuk upaya global kita untuk mengalahkan terorisme," kata Cohen dikutip dari Associated Press.

Dia menyebut dunia menyaksikan "pendekatan berbahaya" di Suriah, di mana pemerintah dan sekutu Rusia-nya "membenarkan sebagai serangan udara kontra-teroris yang sah terhadap warga sipil, sekolah, ambulans dan rumah sakit yang telah menewaskan lebih dari seribu orang sejak April dan melukai lainnya. 2.000."

Cohen melanjutkan, AS juga sangat prihatin dengan nasib lebih dari satu juta Muslim di provinsi Xinjiang, China, yang telah ditahan sewenang-wenang dengan kedok kontra terorisme.

"China, seperti semua negara, memiliki hak untuk menanggapi ancaman teroris yang sebenarnya, tetapi anti-terorisme tidak dapat digunakan sebagai alasan untuk menekan praktik keagamaan damai Muslim Cina dan seluruh kelompok minoritas Uighur," jelas dia.

Sementara Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov memperingatkan bahwa ancaman teroris yang datang dari Suriah dan Irak, menyebar dengan sangat cepat ke Afrika, termasuk Libya, termasuk Asia tengah, selatan dan tenggara juga menjadi daerah di mana tindakan terorisme biadab dilakukan.

Menyinggung kritik Barat, Lavrov menyebut AS dan beberapa negara menerapkan standar ganda yang membuat Rusia lebih sulit untuk bereaksi terhadap tantangan dewasa ini, termasuk terorisme.

"Tidak dapat diterima menggunakan entitas teroris untuk tujuan politik," kata Lavrov.

"Tidak ada pembenaran untuk ini," lanjut dia.

KEYWORD :

Terorisme PBB Antonio Guterres




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :