Otoritas kesehatan di Irak dan Mesir mengumumkan pembelian jutaan dosis vaksin virus corona, dari AstraZeneca, Pfizer-BioNTech dan China Sinopharm.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS) mengklaim telah mendistribusikan lebih dari 9,46 juta dosis di AS.
Pekerja medis akan diikutsertakan dalam gelombang pertama vaksinasi antara Januari dan April, bersama dengan pegawai negeri. Gelombang kedua akan mencakup mereka yang berada di area zona merah infeksi.
Kebijakan menjadi solusi bagi negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah untuk mulai melakukan imunisasi Covid-19.
Menurut penghitungan yang diunggah pada 30 Desember, CDC telah memberikan 2.794.588 dosis pertama vaksin dan mendistribusikan 12.409.050 dosis.
Pejabat CDC mengatakan, 28 orang yang menerima vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh Pfizer dan BioNTech mengalami reaksi alergi yang parah.
Kota Riyadh memiliki kasus pemulihan tertinggi yaitu 33, diikuti oleh Jeddah dengan 16 pemulihan. Kota besar dan kota besar lain di Kerajaan melaporkan pemulihan satu digit.
Yordania menyetujui penggunaan vaksin asal China, Sinopharm untuk penggunaan darurat, setelah sebelumnya memberi lampu hijau pada Pfizer-BioNTech.
Gubernur Michigan Gretchen Whitman pada Senin (11/1) meminta izin dari administrasi Trump untuk langsung membeli 100.000 dosis vaksin yang diproduksi oleh Pfizer dan mitranya BioNTech, yang disetujui Food and Drug Administration (FDA) untuk penggunaan darurat.
Pfizer awalnya mengatakan pengiriman berjalan sesuai jadwal, tetapi kemudian pada Jumat (15/1) mengumumkan akan ada dampak sementara pada pengiriman pada akhir Januari hingga awal Februari