Senin, 29/04/2024 04:42 WIB

Fakta Sidang Ungkap Pengaruh Irman Atur Distributor Gula, Dirut Bulog "Manut"

Djarot mengakui bahwa dirinya terpengaruh permintaan Irman dalam menentukan distributor gula di Sumatera Barat

Irman Gusman (nasionalkini.co.id)

Jakarta - Dugaan Irman Gusman menggunakan pengaruhnya untuk mengatur pemberian kuota gula impor dari Perum Bulog kepada CV Semesta Berjaya terungkap dalam persidangan. Dugaan pengaruh itu terjadi saat Irman menjabat Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD).

Hal tersebut terungkap saat Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti saat bersaksi untuk terdakwa Memi, istri dari Direktur CV Semesta Berjaya, Xaveriandy Sutanto, di Pengadilan Tipikor Jakarta, Selasa (15/11).

Dalam kesaksiannya, Djarot mengakui bahwa dirinya terpengaruh permintaan Irman dalam menentukan distributor gula di Sumatera Barat. Pengaruh itu tak dipungkiri lantaran jabatan Irman selaku Ketua DPD RI dengan kehormatan yang khusus.

"Karena beliau (Irman) orang yang memiliki konstituen di Padang, jadi bisa memengaruhi saya," ungkap Djarot saat bersaksi.

Djarot pun mengakui pernah dihubungin Irman melalui sambungan telepon. Mengawali percakapan, Irman menyampaikan jika dirinya baru pulang dari Padang. Irman kemudian menyampaikan bahwa harga gula di Sumbar masih tinggi.

Kemudian dalam percakapannya, diakui Djarot, Irman lantas merekomendasikan pengusaha untuk menjadi mitra Bulog di Sumatera Barat. Pengusaha itu yakni Memi, istri dari Direktur CV Semesta Berjaya, Xaveriandy Sutanto.

Menurut Irman, kata Djarot, Memi merupakan pengusaha besar yang memiliki reputasi cukup baik di Padang. Irman lantas rekomendasikan kepada Djarot agar Memi menjadi distributor gula Bulog untuk wilayah Sumatera Barat.

Merespon permintaan itu, Djarot kemudian menghubungi Kepala Divisi Regional Bulog wilayah Sumbar. Djarot meminta kepada Kepala Divisi Regional Bulog wilayah Sumbar untuk menerima perusahaan Memi sebagai distributor gula.

Namun demikian, klaim Djarot, tanpa dihubungi Irman, dirinya akan tetap mengupayakan agar distribusi gula di Sumatera Barat segera dilakukan. Terlebih, saat terjadi kekosongan stok, dan meningkatnya harga gula menjelang lebaran.

Dalam persidangan, Jaksa Penuntut Umum pada Komisi Pemberantasan Korupsi‎ membuka tiga rekaman hasil sadapan mengenai dugaan suap distribusi gula impor tersebut.

Tiga hasil sadapan tersebut yakni komunikasi antara Ketua DPD Irman Gusman dengan Direktur Utama Perum Bul‎og, Djarot Kusumayakti, antara Djarot dengan Bos CV Semesta Berjaya Memi, dan antara Djarot dengan Kepala Bulog Divisi Regional Sumbar Benhur Ngkaime. Nah, dalam komunikasi yang disadap itu, terungkap Irman menyebut Gubernur dan Sekjen Kemendag.

Berikut transkip komunikasi antara Irman dan Djarot yang dibeberkan Jaksa KPK dalam persidangan:

Keterangan
I : Irman Gusman
D: Djarot Kusumayakti


I: Salamikum.
D: Walaikum salam..Bapak mohon maaf tadi gak dengar

I: Ga papa Minal Aidin Walfaidzin
D: mohon maaf lahir batin saya pak. Aduh.

I: Kan masih idul fitri
D: Iya saya mestinya yang harus ke Bapak terus saya tuh waduh kadang pas kosong saya mau ke bapak juga. Jangan-jangan saya juga lewat lewat depan tuh gak ada ngontak kok

I: O udah pindah kan.
D: Eh udah saya di Denpasar satu bapak

I: Oh iya tau. Saya kan waktu itu kan zaman Pak Mustofa kan udah kesana.
D: oh iya iya. Bapak. Nggih.
I: Oh iya saya yg harus kesana nih Pak Djarot belum sempet.

I: Nah, begini. Ada permintaan dari Sumatra Barat.
D: Oh, ya.

I: jadi kan sumatra barat tuh kan apa mengenai stabilitas gulanya kan masih belum pas sekali ya.
D: Betul betul betul

I: selama ini disuplai dari Jakarta.
D: Oh iya iya

I: sehingga akibatnya, eh apa mempengaruhi dalam harga.
D: betul betul betul

I: nah jadi kalo bisa melalui apa Kadivre Sumbar
D: iya betul pak. Nggih.

I: Kalo bisa Pak Djarot bantu untuk mensuplai ke sana itu bagus sekali Pak Djarot
D: Oh baik pak. Baik-baik Pak

I: Iya tuh. Ha-ah
D: menjadi perhatian

I: jadi perhatian, namanya Pak Benhur ya disana ya?
D: iya betul betul betul

I: Ha ah. Jadi kebetulan ada orang yang sudah pengalaman sana yang bisa saya rekomendasi
D: Oke oke

I: Ha ah. bagus ok, okoknya semuanya oke. Pokoknya rapih dia.
D: Iya ha ah. Nggih

I: ha ah. Asal Pak Djarot bina aja
D: Oh baik Pak

I: Ha ah. Jadi, saya namanya Bu Meme. Sebetulnya saya temen lama itu.
D: He em. Nggih Pak

I: saya ketemu kemarin di Padang. Dia itu betul-betul melakukan operasi pasar Pak
D: Oh iya

I: Pak Gubernur mendukung, semua mendukung, Sekjen Perdagangan mendukung, kalo dia kerja ga bagus, saya kan ga enak kan sama Pak Djarot. Nanti kan oh ini Pak Irman nih tapi karena saya tau orangnya bagus dan memang dia hidupnya di sana.
D: Iya Pak. Iya pak

I: Jadi kalo bisa pak djarot eh bina dia tuh. Menurut saya, apa saya sangat rekomen sekali
D: Baik kalo gitu saya minta
I: Yah

D: Apa, sms nomor telepon sama nama ya pak. Nanti biar saya
I: Boleh jadi nanti saya minta nomornya. Saya namanya bu Meme. Nanti saya kasih nomornya Pak Djarot. Nomor Pak Djarot boleh ya saya kasih dia
D: Oh siap siap pak. Siap

I: Iya kan. Jadi Ha ah. Mohon dibantu kebetulan Pak Benhur di sana. Dia ini cuma kan namanya Kadis. Sama Kabulog kan jauh bener kan. Kaya lihat matahari.
D: ha ha nggak berani dia. Ha ha

I: Dia bilang udah lewat Pak Irman aja katanya. Ah yaudah nanti saya bilang kerjanya yang bagus ya. Saya bilang begitu
D: Hhmm. Baik baik

I: Ha ah. Karena orang ini yang sudah saya yakini anu-nya selama ini dapatnya dari Medan, dari Jakarta. Berapa ongkosnya Pak? Tapi kalo Pak Djarot bisa menjadi dia tuh kan tangan kanan dia bisa disuruh operasi. Dia bisa jadi tangan kanan kita. Kalau semuanya bisa dia ikutin secara aturannya kan
D: Ya ya ya

I: Ha ah. Dan bahkan dia punya niat juga untuk bisa lebih berkembang lagi untuk gula lebih baik gitu loh
D: Baik pak. Nanti jadi perhatian tuh.
I: Ha ah. Jadi, ha ah. Jadi perhatian. Ya bagus lah
D: Nggih

Selain percakapan itu, jaksa juga memutar percakapan Djarot dengan Benur. Percakapan itu membetot perhatian ‎Anggota Majelis Hakim, Nawawi. Pasalnya, ada perubahan intonasi suara saat Djarot berkomunikasi dengan Irman, dan Djarot berkomunikasi dengan Benhur.

"‎Kelihatan Anda ngomong dengan Irman dan Benhur beda. Seharusnya ngomong dengan siapapun intonasinya (sama)," tanya hakim Nawawi.

Suara Djarot ketika berbicara dengan Irman dinilai berbeda dengan intonasi rendah dan terkesan `manut`. Hal sebaliknya justru berbeda saat Djarot mengontak Benhur dengan sura lebih tinggi dan tegas.

"Kalau ngomong dengan Irman, siap, siap, nggih. Kalau disuruh (Irman) masuk neraka, siap-siap ‎juga begitu?" sindir hakim Nawawi.

"Ini hanya karakter saya untuk kepada orang terhormat. Saya biasanya tidak memanggil nama, dan saya selalu mengatakan `siap` untuk hal yang tidak prinsip. (Saya menghormati Irman) karena terkait jabatan beliau," jawab Djarot.

Dalam kasus ini, Irman Gusman didakwa menerima suap Rp 100 juta dari Direktur CV Semesta Berjaya, Xaveriandy Sutanto dan istri Xaveriandy, Memi. Suap tersebut terkait pengaturan kuota gula impor dari Perum Bulog untuk disalurkan ke Sumatera Barat.
Irman diduga menggunakan pengaruhnya untuk mengatur pemberian kuota gula impor dari Perum Bulog kepada perusahaan milik Xaveriandy.

KEYWORD :

KPK Korupsi Irman Gusman Djarot Kusumayakti




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :