Minggu, 28/04/2024 00:49 WIB

Dorong Kesetaraan Gender, Vasektomi ko Masih Rendah?

Vasektomi masih sangat rendah karena mitos yang berkembang di masyarakat, yang menyakini prosedur KB tersebut sama dengan mengebiri, yang mengakibatkan impotensi.

Logo Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). (Foto: Supianto/ Jurnas.com)

Jakarta, Jurnas.com - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo mengatakan, peran pria masih sangat rendah dalam program KB.

Hal itu disampaikan saat memberikan keterangan pers kepada awak media usai membuka acara puncak Hari Vasektomi Sedunia dan Hari Kesehatan Nasional 2020, di Kantor BKKBN, Jakarta, Rabu (2/12).

Hasto mengatakan, sejak 1994, pihaknya sudah melakukan kampanye soal hak asasi manusia, khusunya hak reproduksinya. Meski begitu, peran pria masih sangat timpang.

"Angka pria itu tidak pernah lebih dari 3 persen, vasektomi 0,5 persen dan selebihnya KB kondom. Inilah mengapa pada peringatan vasektomi kali ini memomentum untuk mendorong kembali kesetaraan gender, khsusunya dalam hal reproduksi," ujar mantan Bupati Kulon Progo itu.

Menurut Hasto, vasektomi masih sangat rendah karena mitos yang berkembang di masyarakat, yang menyakini prosedur KB tersebut sama dengan mengebiri, yang mengakibatkan impotensi.

"Itu sebetulnya mitos karena tidak benar. Kalau tidak percaya tanyalah pada ribuan orang yang sudah vasektomi itu. Beberapa malah sudah jadi motivator KB pria," ujarnya.

Selain itu, lanjut Hasto, ada juga pemahaman teologis yang berkembang di masyarakat, dimana metode vasektomi disebut mengubah ciptakan Tuhan bahkan menghentikan keturunan.

"Sekarang ini kan sebetulnya tidak ada lagi istilah menghentikan. Vasektomi itu bisa dipulihkan lagi. Bisa direkanalisasi. Sekarang operasi plastik sudah sangat canggih untuk merekanalisasi kembali atau memperbaiki kembali," ujar Hasto.

"Selanjutnya, sekarang sudah ada bayi tabung, sehingga orang yang mau divasektomi kalau seandainya masih mau hamil masih bisa. Karena itu, tidak ada lagi istilah menghentikan keturunan," sambungnya.

Penyebab lain rendahnya vasketomi selain mitos dan teologi juga disebabkan pemahaman yang salah terhadap budaya. Sebagai contoh, anggapn bahwa hanya perempuan yang menggunakan KB.

"Padahal tidak, mau laki-laki atau pun perempuan sama aja dalam menggunakan kontrasepsi," ujar Hasto.

Untuk mengaselerasi tingkat partisipasi pria dalam KB, Hasto mengatakan pihaknya akan memberikan insentif kepada siapa pun yang ingin melakukan vasektomi, seperti uang pengganti biaya hidup selama tiga hari.

"Dalam artian kalau tiga hari istirahat kan tidak kerja. Itu kita bayar Rp300.000," ujarnya.

Disamping itu, lanjut Hasto, pihaknya juga mendorong Bupati dan Wali kota untuk memberikan insentif masing-masing. Seperti diketahui, BKKBN menganggarkan Rp4 miliar tahun 2021 untuk menyukseskan program tersebut. 

"Kalau dulu zaman saya jadi bupati, ta kasih kamping satu. Siapa yang vasektomi satu kambing, ternyata meningkat loh. Biasanya nyari 25 sulit, begitu saya bilang kasih kambing satu langsung 100 datang sampai kambing saja juga habis," kenang Hasto.

KEYWORD :

Keadilan Reproduksi Vasektomi KB Pria Hasto Wardoyo




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :