Senin, 20/05/2024 06:55 WIB

Rasanya Patah Hati Ditolak Menyusui Bayi Sendiri (2)

Terkadang realita tak seindah harapan begitulah kehidupan, termasuk episode menyusui yang selalu memiliki ceritanya sendiri.

Episode menyusui miliki ceritanya masing-masing (Foto: ilustrasi)

Jakarta, Jurnas.com - Yana dilabeli sebagai ibu yang buruk karena tidak dapat melahirkan bayi secara pervaginam dan tidak dapat memberikan ASI yang cukup kepada putrinya.

Tamu dan tetangga kerap mengolok-olok bentuk badan dia yang gemuk pasca+melahirkan. Sebenarnya pada saat itu Yana yakin ASI cukup, karena kurang dari 2 minggu BB Hana naik. Namun karena lelah dengan segala tekanan dari keluarga, ia memberi Hana 100ml susu formula dalam sehari dan ASI sempat tidak keluar.

Hampir setiap hari Yana berdebat dengan suami dan ibu mertua untuk memberikan ASI kepada Hana. Ia pun mulai menangis setiap hari, tidak nafsu makan, sulit tidur dan sakit-sakitan Tak urung ia tersiksa dengan semua kondisi ini. Menyusui tidak lagi indah.

"Aku sama sekali tidak dapat menikmatinya. Hana selalu menangis dan kolik. Aku tidak dapat merasakan ikatan batin dengan putriku sendiri, tidak ada tatapan manis saat aku menyusuinya," paparnyam

Masalah bertambah berat ketika Hana menunjukan gejala alergi akibat meminum susu formula seperti diare, kulit kepala berkerak dan sedikit bernanah hingga sembelit.

Penuh kekalutan, ia pun menelepon salah satu konselor laktasi di AIMI. Konselor memandu untuk memberikan ASI dengan metode lactation Aid. Selain itu, Yana dan suami menemui dokter laktasi di rumah sakit Hermina Tangerang.

Setelah diedukasi oleh dokter laktasi, suami pu mendukung untuk menyusui. Dokter laktasi justru menyarankan untuk menemui seorang Psikolog karena menurutnya ia mungkin sedang mengalami baby blues syndrome.

Dokter melihatnya gelisah, bergemetar ketika menggendong Hana. Takut dikatai gila, tidak beriman dan tidak sayang kepada Hana, maka Yana lun menyembunyikannya dan menolak untuk pergi ke psikolog sesuai rujukan dokter laktasi.

Pada saat Hana berusia 3 bulan, Hana harus dirawat di rumah sakit. Dua minggu setelah Hana sembuh, mereka menutuskan pindah rumah supaya dapat menjalankan proses relaktasi dengan tenang. Hana harus meminum susu formula khusus bayi alergi.

Meskipun tidak ada lagi tekanan dari orang lain, gejala depresi tidak berkurang. Ia tetap merasa sedih terus-menerus, kelelahan tiada henti, mudah putus asa, sulit tidur dan memiliki ide untuk menyakiti diri sendiri.

Setelah lolos dari serangkaian upaya bunuh diri, akhirnya ia menuruti saran dr laktasi untuk mengunjungi psikolog bersama suami. Selain itu juga mendatangi pertemuan di grup pendukung.

"Alhamdulillah setelah itu ASI-ku menjadi lebih banyak daripada sebelumnya, aku dapat menikmati setiap proses menyusui, ikatan bonding antara aku dan Hana yang sempat terputus karena PPD kembali terjalin," lanjut Yana

Tiga tahun kemudian Yana kembali melahirkan seorang bayi laki-laki melalui operasi SC yang sangat gentle. Setelah operasi berlangsung, perawat menaruh bayi di dadanya untuk Inisiasi Menyusu Dini. Sistem rooming in mendekatkan Yana dengan bayi.

"Aku jatuh cinta pada bayiku. ASIku juga sudah keluar pada hari –hari pertama. Namun halangan kembali datang ketika BB Hanif tidak naik saat mengunjungi dr anak dan malah turun. Pada saat itu depresi mulai menghampiriku lagi, aku pikir aku hampir jatuh lagi ke lubang yang sama. Aku kembali merasa gagal," tambahnya.

Hanif selalu menyusui setiap waktu hingga Yana kelelahan, bahkan makan minum pun di kasur. Untunglah ada ART yang membantu, namun kondisi Hana yang sakit dan harus di rawat karena diare dan campak membuatnya makin frustasi.

Ya, PPD kembali menyapanya. Hingga aka tahu bahwa Hanif memiliki tounge dan lip tie grade 4 dan harus di insisi. Syukurlah, setelah insisi dan senam lidah, bb Hanif perlahan-lahan naik walau tetap diberi suplementasi susu formula sehari sekali.

Setelah Hanif berusia 6 bulan, Hanif dapat lepas dari susu formula. BB, TB dan lingkar kepalanya juga sudah sesuai dengan standart bayi pada usianya.

KEYWORD :

Cerita Menyusui Cerita ASI




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :