Rabu, 08/05/2024 13:43 WIB

Berawal dari Kanker Tulang, Diamputasi, Kini Faris Jadi Kebanggaan Kota Gudeg

Kisah Faris bermula pada awal 2010 ketika dia mengalami cedera usai bermain futsal. Dia merasakan nyeri pada kaki kanannya.

Faris Wagi

Jakarta, Jurnas.com - Faris terlahir dengan tubuh yang lengkap. Namun pada 2010 silam, nasib pria kelahiran Yogyakarta, 22 Maret 1993, itu berubah drastis setelah kaki kanannya diamputasi karena vonis kanker tulang.

Kisah Faris bermula pada awal 2010 ketika dia mengalami cedera usai bermain futsal. Dia merasakan nyeri pada kaki kanannya. Namun kala itu, rasa sakit tersebut diabaikan, sebab menurut dia cedera merupakan hal biasa.

Alih-alih semakin lama semakin sembuh, rasa sakit di cedera Faris semakin menyiksa. Pun, pasca diperiksa ke dokter, hasilnya nihil. Dokter tak menemukan keanehan apapun pada lukanya.

“Cuma karena dikira cedera, dikasih vitamin, tapi tidak mengarah pada kanker,” kata Faris kepada Jurnas.com.

Lama-kelamaan, ukuran cedera Faris semakin membesar. Di akhir Desember 2010, dokter menyarankannya melakukan magnetic resonance imaging atau MRI di rumah sakit Yogyakarta. Dan tak disangka, ada tumor berukuran besar di tulang kaki kanannya.

“Aktivitas sudah terganggu, tidak seperti anak-anak lain. Kalau anak lain bisa sekolah dan banyak aktivitas, saya tidak bisa, karena kaki sudah susah dipakai jalan. Apalagi tiap malam susah untuk tidur,” tutur dia

Setelah MRI, pemeriksaan Faris berlanjut dengan cek sampel. Dia dinyatakan menderita kanker tulang stadium lanjut. Bahkan, saat itu solusinya hanya dua, radioterapi atau amputasi.

“Cuman untuk radioterapi kemungkinannya tidak terlalu besar. Di rumah sakit Jogja, radioterapi panjang antrinya, sehingga kalau radioterapi tidak bisa maksimal,” terang Faris.

Lamanya waktu menunggu radioterapi membuat kondisi tubuh Faris semakin memburuk. Bahkan, tidak jarang tubuhnya drop, dan lumpuh, yang mengharuskan dia hanya berbaring di atas tempat tidur. Sementara ketika jadwal radioterapinya datang pada Maret 2011, tubuh Faris sudah tidak memenuhi syarat, karena hemoglobinnya rendah.

Keadaan tersebut awalnya membuat keluarga Faris terpuruk. Keluarganya malah sempat menempuh pengobatan herbal hingga datang ke paranormal, hanya agar Faris sembuh dari penyakit mematikan itu.

“Kondisi kaki saya makin tidak berwujud seperti kaki yang normal. Tidak cuma bengkak, pembuluh darah sudah rusak akibat kanker, HB-nya nge-drop. Saya selalu butuh donor darah. Sampai kaki saya berbau seperti anyir. Kaki saya jaringannya sudah mati. Bentuknya bengkak. Besarnya seperti satu setengah bola basket,” tutur dia panjang lebar.

Juni 2011, keluarga Faris luluh. Mereka rela Faris diamputasi demi kesembuhannya. Faris pun sudah menyiapkan hatinya untuk menerima bahwa setelah operasi, dia hanya akan memiliki satu kaki.

Singkat cerita, operasi berjalan lancar. Induk kanker di kaki kanan Faris berhasil diangkat. Dia pun akhirnya mampu bertahan hingga hari ini, meski harus melakukan pemeriksaan (check-up) setiap satu tahun sekali.

“Saya 2012 dinyatakan bersih, sudah 7 tahun survive, tapi alhamdulillah masih tetap check up. Semakin aktif, semakin banyak kegiatan. Itu juga jadi semangat dan motivasi saya untuk selalu bisa hidup sehat dan bermanfaat,” ujar dia.

Sembuh dari kanker, Faris rupanya makin aktif berolahraga. Malah, hanya dengan satu kaki, kini dia menekuni olahraga angkat berat, yang membawa dia memenangi sejumlah kejuaraan mulai dari tingkat daerah hingga nasional.

Tercatat di Yogyakarta, Faris pernah memenangkan kompetisi angkat berat dengan capaian emas. Sedangkan di tingkat nasional, dia meraih perak pada 2017 silam. Dia berharap, suatu saat akan mewakili Indonesia di level internasional.

“Sekarang saya persiapkan, untuk 2020 ada Pekan Paralimpik Nasional di Papua setelah PON,” kata Faris.

KEYWORD :

Kanker Tulang Kisah Inspiratif Yogyakarta




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :