Senin, 29/04/2024 06:13 WIB

WHO: Satu Orang Bunuh Diri Setiap 40 Detik

Diperkirakan 300 juta orang mengidap depresi. Kabar buruknya, setiap 40 detik terjadi satu kasus bunuh diri akibat depresi.

Konferensi pers Lundbeck Regional Symposium

Jakarta, Jurnas.com - Angka pengidap depresi di seluruh dunia kian meningkat. Penyakit yang berhubungan pada gangguan kejiwaan ini pada beberapa pasien, kerap kali berujung bunuh diri.

Menurut Badan Kesehatan PBB (World Health Organization atau WHO) diperkirakan 300 juta orang mengidap depresi. Kabar buruknya, setiap 40 detik terjadi satu kasus bunuh diri akibat depresi.

Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) Dr. Eka Viora SpKJ mengatakan, penyebab tingginya angka depresi dikarenakan banyak stigma yang menghalangi para penderitanya memperoleh bantuan pengobatan.

Stigma tersebut membuat pengidap depresi merasa malu, takut, atau bahkan berpikir bahwa bantuan akan membuat mereka dianggap tidak waras. Sehingga tak heran, di Indonesia hanya delapan persen pengidap depresi memilih berobat.

"Depresi sering dilihat sebagai aib dari pada penyakit, karena berkenaan dengan kesehatan mental, bukan fisik," jelas Dr. Eka dalam konferensi pers Lunbeck Regional Symposium, di Jakarta pada Sabtu (22/6).

Menurut Dr. Eka, untuk terhindar dari depresi sebenarnya cukup mudah, yakni dengan mencari orang lain yang bisa mendengarkan keluh kesah atau curhatan, tanpa harus berkomentar atau menghakimi.

Namun sayang, masih banyak orang Indonesia tidak pandai mengekspresikan dirinya sendiri. Atau justru orang lain yang diminta hanya mendengarkan, malah berkomentar yang cenderung menghakimi.

"Itu yang membuat depresinya makin berat," terang dia.

Depresi tidak hanya menimpa orang dewasa, anak-anak pun rentan terkena depresi jika mengalami perundungan (bully) secara terus-menerus, menurut konsultas psikiatris Dr. Margarita Maramis.

Karena itu, Dr. Margarita meminta orang tua peka dengan kondisi anak, sebab perundungan dewasa ini tidak cuma terjadi secara langsung, melainkan juga lewat siber.

"Secara normal, jika terus dibully membuat seseorang menjadi cemas. Lama kelamaan cemas itu membuat remaja depresi," terang Dr. Margarita.

Kegiatan Lunbeck Regional Symposium dihadiri oleh Direktur Pelaksana Lundbeck untuk wilayah Asia Tenggara, Morten Bryde Hansen, Duta Besar Denmark untuk Indonesia, Timor Leste, Papua Nugini dan ASEAN, Rasmus Abildgaard Kristensen, profesor klinis neuropsikiatri dari Fakultas Kedokteran Universitas South Carolina, Amerika, dan psikiatris dari Universitas Alberta, Kanada, Pratap Chokka.

KEYWORD :

Bunuh Diri WHO




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :