Kamis, 02/05/2024 10:40 WIB

Perempuan Rentan Alami Dry Eye, Berikut Penjelasannya

Dry eye terjadi akibat kelainan multifactorial pada lapisan air mata yang menimbulkan banyak gejala.

Pemeriksaan mata gratis buat perempuan di RS Mata JEC seluruh Indonesia dalam rangka memperingati Hari Kartini, Sabtu (21/4).(Foto : Istimewa)

Jakarta - Sering dianggap sepele, mata kering atau dry eye berpotensi membahayakan kornea, bahkan pada tahap lebih kronis bisa menimbulkan infeksi, peradangan hebat sehingga terjadi perlekatan pada seluruh permukaan bola mata, sampai kerusakan permanen. Faktor hormon membuat perempuan lebih berisiko terserang gangguan dry eye atau mata kering.

Dry eye terjadi akibat kelainan multifactorial pada lapisan air mata (tear film) yang menimbulkan gejala seperti mata merah, mata mudah lelah dan terasa pegal, gatal pada permukaan mata, rasa terbakar dan perih, mudah silau dan sensitif terhadap cahaya, sampai penglihatan tidak fokus.

“Pada awalnya dry eye terkesan gangguan ringan yang membuat ketidaknyamanan saat beraktivitas sehari-hari. Para penderita merasa cukup bisa mengatasinya dengan obat tetes mata. Namun, lambat laun dry eye bisa menimbulkan ketergantungan pada obat tetes mata, bahkan sampai menurunkan kualitas hidup," jelas Dr. Nina Asrini Noor, SpM, dokter spesialis mata RS Mata JEC di Jakarta, Sabtu (21/4).

Pada pemeriksaan mata gratis bagi 1.000 perempuan di Rumah Sakit Mata JEC dalam rangka memperingati Hari Kartini, dr Nina menerangkan, perempuan di atas usia 50 tahun, terlebih pasca-menopause, semakin rawan ancaman dry eye. "Kadar estrogen yang menurun dan tingkat androgen yang semakin rendah memberi pengaruh pada keseimbangan produksi air mata," ujar dr. Nina.

Sementara, lanjut ia faktor eksternal seperti lingkungan berpolusi, termasuk asap rokok, lingkungan kering seperti ruangan ber-AC, atau terlalu lama menatap televisi, monitor komputer dan layar ponsel pun turut berdampak.

Membicarakan dry eye erat tak bisa lepas dari bahasan lapisan air mata atau tear film yang terdiri atas tiga komponen utama: minyak (lipid), air (aqueous) dan lendir (mucin).

Pada mata sehat, produksi tear film berlangsung terus menerus. Di setiap kedipan mata, air mata terdistribusi merata yang berfungsi menjaga permukaan mata tetap terlubrikasi sekaligus melindunginya dari iritan, benda asing dan mikroorganisme.

"Ketika sesorang terkena dry eye, komposisi air mata berubah dan fungsinya terganggu. Penglihatan pun bisa terpengaruh sebab air mata di permukaan mata berperan penting dalam memfokuskan cahaya,” lanjut Dr. Nina.

Ada tiga mekanisme yang menjadi penyebab timbulnya dry eye, yaitu:
1. Meibomian Gland Dysfunctional (MGD) ialah tersumbatnya kelenjar Meibom yang berperan menghasilkan minyak(lipid).
2. Evaporative Dry Eye (EDE) dimana peningkatan penguapan air mata akibat ketidakstabilan lapisan minyak(lipid).
3. Aqueous Deficient Dry Eye (ADDE) merupakan penurunan produksi komponen aqueous karena penyakit autoimmune seperti- Sjogren Syndrome, Lupus, dan Rheumatoid Arthritis.

“Di antara ketiga mekanisme tersebut, MGD menjadi penyebab tersering dry eye. Persentase kejadian MGD pada orang Asia lebih besar dibandingkan populasi lainnya yakni 46-70 persen. Ini dipengaruhi suhu dan kelembaban lingkungan, juga kualitas udara wilayah Asia yang berbeda dengan kawasan lainnya,” papar Dr. Nina.

KEYWORD :

Dry eye mata JEC perempuan Hari Kartini




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :