Belgian Blue (Foto: Eurogeneaiservices)
Jakarta - Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak, Sugiyono mengatakan, Kementan terus memperkaya sumber protein asal hewani. Salah satunya, uji coba perkembang biakan sapi Belgian Blue melalui transfer embrio (TE) dan inseminasi buatan (IB) di Unit Pelaksana Teknis (UPT).
"kita impor embiro dan sperma dari Belgia. Masih uji coba dulu di UPT Kementerian Pertanian. Dan, belum dikeluarkan dipeternakan rakyak," kata Sugiyono kepada jurnas.com, Senin (5/2).
Belgian Blue merupakan jenis sapi unggul berbadan besar yang menjanjikan. Jumlah karakasnya hingga 73 persen. Karkas adalah bagian daging dan tulang dari ternak, tanpa kepala, kulit dan jeroan. Ia empat kali lipat lebih berat dari bobot sapi lokal.
Cara hitungnya, besarnya nilai karkas biasanya ditentukan dalam atuan persen. Semakin tinggi persentasenya, semakin banyak daging yang bisa didapat dari ternak tersebut.
Sugiyono menjelaskan bahwa sapi bali rata-rata hanya memiliki bobot 250 hingga 300kg. Efisiensinya rendah. Artinya memilihara sapi itu dikaitkan dengan pembiayaan. "Bapak modalin sapi bali atau sapi peranakan ongole (PO) sehari Rp30.000, penghasilannya hanya Rp10.000."
"Karena dikasih pakan sebaik apapun, ia tidak akan berkembang lebih tinggi dari itu. Cuman kelebihan sapi lokal punya daya tahan khusus terhadap iklim di indonesia. Cuman ia tidak bisa membesar menjadi 900 kg atau 100 kg," jelas Sugiyono.
"Nah, kalau kita mengandalkan sapi lokal dengan rata-rata bobot 300 kg. 300 kg itu nanti karkasnya paling 100 kg, 90 kg. Tapi kalau Belgian Blue, hanya dua tahun, beratnya sudah mencapai 900 kg 800 kg. Karkasnya bisa 400 atau atau 300 kg. Jadi tiga ekor sapi lokal sepading dengan 1 ekor Belgian Blue yang berusia dua tahun.
Sugyononi menargetkan, jika prosesnya berjalan lancar, maka pada tahun 2019 akan terjadi 1000 kelahiran, baik melalui IB atau TE. Saat ini sapi Belgian Blue sudah ada di Cipelang, Bogor.
KEYWORD :
Kementan Belgian Blue
