Senin, 29/04/2024 06:52 WIB

SCBI Sumbang Retina Camera untuk Memeriksa Bayi Lahir Prematur

Alat itu nantinya akan digunakan untuk memeriksa kesehatan mata bayi-bayi yang  lahir secara prematur lantaran sangat rentan terkena kebutaan.

Penyerahan secara simbolis Retina Camera kepada RSCM oleh pihak SCBI

Jakarta – Standard Chartered Bank Indonesia (SCBI) menyumbangkan Retina Camera atau alat yang dipergunakan untuk memeriksa retina bayi lahir prematur, kepada Rumah Sakit Mangunkusumo (RSCM) pada Rabu (31/5) malam. Alat itu nantinya akan digunakan untuk memeriksa kesehatan mata bayi-bayi yang  lahir secara prematur lantaran sangat rentan terkena kebutaan.

Penyerahan kamera retina tersebut merupakan bagian dari program Seeing is Believing (SIB) yakni sebuah komitmen global bank yang dilaksanakan sejak 2003 lalu gun mencegah kebutaan dan gangguan penglihatan. Program itu juga memberikan akses bagi pemeriksaan dan pengobatan dengan harga terjangkau.

Menurut Rino Donosepoetro, CEO Standard Chartered Bank Indonesia, langkah itu merupakan komitmen untuk mencegah sejak dini gangguan penglihatan dan kebutaaan kepada anak-anak yang lahir prematur.

“Salah satu pencegahan itu dengan memberikan kamera retina kepada RSCM yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi bayi prematur yang diduga menderita kelainan pada mata (Retinopathy of Prematuririty),” ujar Rino.

Dr. dr. Nina Kemala Sari, Direktur pengembangan dan pemasaran RSCM menilai pemberian alat tersebut adalah berkah yang selama ini telah ditunggu oleh pihak rumah sakit. Pasalnya selama hampir 16 tahun alat semacam itu belum ada yang versi mobile, sehingga tidak bisa dibawa kemana-mana. Namun dengan adanya alat versi mobile tersebut memudahkan pihak rumah sakit untuk memeriksa bayi yang lahir secara prematur dimanapun berada.

“Pemberian ini merupakan berkah dari Tuhan, saya sudah menunggu hampir 16 tahun dan akhirnya dapat juga alat semacam itu. Ini tentu akan memudahkan kita memeriksa bayi-bayi yang lahir secara prematur agar terhindar dari bahaya kebutaan,” ujar Nina.

Data dari RSCM menunjukkan pada 2013 lalu, kurang dari 10 % bayi lahir prematur di rumah sakit tak memperoleh pemeriksaan mata. Hal ini disebabkan karena kurangnya pelatihan, kapsaitas dan ketidakmampuan untuk mengindentifikasi bayi yang beriso terserang kebutaan.

“Setiap tahun hampir satu juta anak lahir secara prematur, tidak mungkin kan pemerintah membuat sekolah untuk anak-anak buta setiap tahun. Makanya kami buat pelatihan agar banyak dokter yang mampu menangani kasus tersebut, tentunya juga harus didukung dengan fasilitas yang bagus,” kata Nina.

KEYWORD :

SCBI bayi Prematur Kesehatan




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :