Sabtu, 04/05/2024 01:16 WIB

Polusi Kian Buruk, Ini Saran Dokter Medissa untuk Menjaga Kesehatan Kulit

Kita memang tidak bisa melawan alam. Yang bisa kita lakukan adalah mencegah agar situasi buruk yang terjadi di alam tidak berdampak buruk terhadap kesehatan kita.

dr. Medissa N. H., F.ECARE., M.Biomed., seorang beauty enthusias yang sekaligus pemilik klinik kecantikan Calmedi. (Foto: Dok. Ist)

Jakarta, Jurnas.com - Polusi udara di Indonesia, utamanya di kawasan perkotaan, dilaporkan semakin memburuk dari waktu ke waktu. Ditambah panas matahari yang terasa semakin terik akibat peralihan musim dari penghujan ke kemarau, situasi itu bisa berdampak buruk terhadap kesehatan kulit.

Hal itu terungkap pada diskusi bertema cosmetic industry featuring yang diselenggarakan oleh The Rovers Networking di Blu Martini Cafe Hotel JW Marriot, Jakarta, Selasa (20/6) malam.

Hadir sebagai pembicara tunggal dalam diskusi itu adalah dr. Medissa N. H., F.ECARE., M.Biomed., seorang beauty enthusias yang sekaligus pemilik klinik kecantikan Calmedi.

“Kita memang tidak bisa melawan alam. Yang bisa kita lakukan adalah mencegah agar situasi buruk yang terjadi di alam tidak berdampak buruk terhadap kesehatan kita,” kata dr. Medissa.

Di awal paparannya dr. Medissa menukil data dari situs indeks kualitas udara atau Air Quality Index (AQI) di Jakarta yang angkanya sudah di atas 160. Paparan polusi udara ke kulit, ditambah  dengan  terik  matahari, disebutnya bisa mempercepat  penurunan kadar kolagen, protein yang berfungsi sebagai perekat sel-sel kulit.

Sesuai dengan namanya kolagen berasal dari kata kolla yang berarti perekat yang menjadikan kulit terlihat awet muda dan elastis. Penurunan kadar kolagen menjadikan kulit lebih cepat keriput dan kehilangan elastisitasnya.

“Itu yang disebut skin aging atau penuanaan dini. Selain karena faktor usia, situasinya bisa terjadi lebih cepat apabila kulit kita mendapat paparan berlebihan oleh polusi udara dan terik matahari,” jelas dr. Medissa.

Sebagai langkah pencegahan, dokter lulusan European Council of Aging Research and Education itu menyarankan agar aktifitas luar ruangan dibatasi, terutama di wilayah dengan indeks polusi tinggi. Selain itu dia juga menyarankan diterapkannya pola hidup sehat lewat konsumsi makanan dan minuman yang dapat memperbaiki produksi kolagen secara alami oleh tubuh.

Menurutnya, kolagen yang diproduksi tubuh dari bahan dasar enzim prolin dan glisin bisa ditopang lewat konsumsi makanan dan minuman yang mengandung vitamin C, zink dan cooper tinggi, antara lain jeruk, strabery, kentang, jamur, asparagus, putih telur, daging merah, ayam dan granola.

“Jadi memang konsumsi makanan minuman dengan gizi seimbang itu penting untuk kesehatan, termasuk kesehatan kulit,” ujar dr. Medissa.

Selain dari konsumsi makanan dan minuman bergizi dan pembatasan aktifitas luar ruangan, perbaikan produksi kolagen bisa di-booster lewat pemberian suplemen. Meski demikian Ia menyebut untuk melakukannya dibutuhkan biaya dan waktu yang tidak singkat.

Untuk mengembalikan kemampuan tubuh memproduksi kolagen secara alami dengan baik saja dibutuhkan minimal 6 minggu konsumsi suplemen. Sementara untuk kondisi kulit yang benar-benar membaik dengan kadar kolagen tinggi, suplemen harus dikonsumsi secara terus-menerus selama 12 minggu.

 

KEYWORD :

Kesehatan dr. Medissa polusi udara kulit klinik kecantikan Calmedi




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :