Sabtu, 27/04/2024 23:52 WIB

Cegah Kelahiran Stunting Baru, BKKBN Gelar Pelayanan KB Sejuta Akseptor

Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo menuturkan bahwa di masa pandemi COVID-19 terjadi suatu konstriksi kegiatan pelayanan, yang ditandai dengan meningkatkan angka unmet need.

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo membuka Pelayanan KB Sejuta Akseptor (PSA) secara serentak di seluruh Indonesia pada Rabu (14/6)

JAKARTA, Jurnas.com - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menggelar Pelayanan KB Sejuta Akseptor (PSA) secara serentak di seluruh Indonesia pada Rabu (14/6). Kegiatan ini bertujuan untuk mencegah lahirnya stunting baru.

Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo menuturkan bahwa di masa pandemi COVID-19 terjadi suatu konstriksi kegiatan pelayanan, yang ditandai dengan meningkatkan angka unmet need.

"Di masa pandemi terjadi suatu konstriksi kegiatan pelayanan kemudian ditandai dengan adanya unmet need yang meningkat. Ada mereka yang harusnya ber-KB, dia pengin KB, tetapi belum terlayani. Mereka itu unmet need," kata Hasto di Auditorium BKKBN, Jakarta, Rabu (19/6).

Dokter spesialis kebidanan dan kandungan konsultan itu menambahkan, mereka yang tidak terlayani KB jika terlanjur hamil, kehamilannya disebut sebagai unwanted pregnancy atau kehamilan yang tidak dikehendaki.

"Kalau dia menjadi hamil yang tidak dikehendaki akibatnya panjang. Tadi sudah disampaikan bahwa stunting sebagai akibat dari kegagalan pelayanan. Oleh karena itu, Gerakan Sejuta Akseptor ini sekaligus untuk mencegah bayi-bayi lahir tidak berkualitas atau stunting," tutur Hasto.

Hasto juga mengingatkan bahwa jarak melahirkan, jarak kehamilan sangat berpengaruh dengan kejadian stunting dan autisme. Sebab itu, jarak ideal melahirkan adalah 36 bulan dan menyempurkan menyusuai hingga 24 bulan.

"Sehingga otomatis harus berjarak antara anak pertama dan berikutnya. Sehingga, itulah pentingnya tetap pelayan kontrasepsi menjadi sesuatu yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas reproduksi dan kualitas generasi kita," kata dia.

Hasto juga memaparkan bahwa pada tahun 2035 Indonesia akan kebanjiran usia-usia lansia, yang pada umumnya pendidikannya 8,3 tahun dan ekonominya rata-rata menengah ke bawah.

"Oleh karena itu, yang muda-muda harus produktif, tidak hanya usianya yang produktif, tetapi juga dia meningkatkan akselerasi pendapatan per kapita dari keluarga. Sehingga, itulah harapan kita supaya kualitas SDM unggul dimulai dari keluarga dan dimulai dari gerakan untuk persiapan reproduksi dan hari ini dimulai dari kegiatan Sejuta Akseptor," imbuh Hasto.

Sementara itu, Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (KBKR), Eni Gustina menambahkan, tujuan umum dari kegiatan Pelayanan KB Serentak Sejuta Akseptor ini adalah Meningkatkan akses pelayanan KB yang berkualitas bagi Pasangan Usia Subur (PUS).

Kegiatan ini dilakukan serentak di seluruh provinsi pada tanggal 14 Juni 2023 mulai pukul 00.00-23.59 waktu setempat dengan target akseptor yang diharapkan adalah sejumlah 1.244.348 akseptor, dengan target yang sudah dibagi untuk masing-masing provinsi.

"Jenis pelayanan KB yang dilakukan terdiri dari Pil, Kondom, Suntik, IUD, Implan, MOW dan MOP dengan tetap memperhatikan kualitas pelayanan, kondisi zona wilayah dan protokol kesehatan," jelas dia.

Sebagai informasi, PSA yang digelar BKKBN hari ini dalam memperingati Hari Keluarga Nasional (Harganas) XXX Tahun 2023 setiap 29 Juni. Tahun ini puncak peringatan Harganas akan diperingati secara nasional di Kota Palembang pada 6 Juni 2023.

KEYWORD :

Pelayanan KB Sejuta Akseptor Kelahiran Bayi Stunting Hasto Wardoyo BKKBN




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :