Minggu, 28/04/2024 16:57 WIB

Desa Ujung Tombak Pencegahan Stunting

Dengan 82 ribu desa/kelurahan yang tersebar di seluruh penjuru negeri, kata Hasto, seharusnya penanganan stunting bisa lebih optimal karena menggerakan langsung partisipasi dari masyarakat desa.

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo menghadiri Musyawarah Daerah Ikatan Penyuluh Keluarga Berencana (IPeKB) Provinsi Jawa Tengah di Hotel Quest Jalan Plampitan Semarang, Jumat (18/2).

JAKARTA, Jurnas.com - Badan Kependudukan dan Keluarga Nasional (BKKBN) meminta kepada Kepala Desa untuk mencegah stunting karena desa/kelurahan adalah perpanjangan tangan pemerintah yang paling dekat dengan masyarakat.

"Perlu saya sampaikan di sini bahwa Pak Presiden memberikan target penurunan stunting 14 persen di tahun 2024 dan keluarga menjadi arahan dari Bapak Presiden untuk kita melakukan pendekatan kepada keluarga, sehingga desa, kelurahan saya kira paling dekat dengan keluarga bisa mempercepat penurunan stunting dengan pendekatan keluarga," kata Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo dalam kegiatan Webinar Praktik Baik Desa/Kelurahan Bebas Stunting (De’Best) di 1000 HPK seri ke-3 yang dilaksanakan secarang daring pada Senin (5/6).

Dengan 82 ribu desa/kelurahan yang tersebar di seluruh penjuru negeri, kata Hasto, seharusnya penanganan stunting bisa lebih optimal karena menggerakan langsung partisipasi dari masyarakat desa.

Hasto menuturkan pengentasan stunting dilakukan melalui faktor spesifik dan sensitif. Foktor sensitif sendiri terkait penyediaan air bersih dan sanitasi. Faktor spesifik berhubungan dengan peningkatan gizi dan kesehatan mulai dari hamil, menyusui, hingga umur 2 tahun.

"Saya kira gerakan-gerakan dari desa dengan gotong royong yang membuat saluran air itu praktik baik untuk kepala desa dan jajarannya di desanya masing-masing, ini menjadi penting karena faktor lingkungan menjadi faktor yang sangat berpengaruh terhadap penurunan stunting," kata dia.

Hasto berharap ke depannya TMMD, TNI Manunggal bisa bersama-sama Kepala Desa, BKKBN, dan lintas sektor terus bersama-sama membangun Desa menjadi bebas stunting.

Ini saya kira penting sekali karena Betul kata Ibu Rahma bahwa tanpa kerja sama kita tidak bisa, harus kita bersama-sama antar lintas sektor tidak hanya BKKBN sendiri dan semoga kegiatan untuk 1.000 hari pertama kehidupan, praktik baik untuk di desa dan kelurahan ini akan berjalan dengan baik dan akan menjadikan contoh untuk seluruh masyarakat," kata dia.

Dalam Webinar Praktik Baik Desa/Kelurahan Bebas Stunting (De’Best) di 1000 HPK seri ke-3 ini ada empat desa memaparkan inovasi yang dilakukan dalam keberhasilannya menurunkan prevalensi stuntingnya dari tahun 2020 hingga 2023.

Kempat desa tersebut adalah Desa Pekon Ambarawa Timur Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung berhasil menurunkan prevalensi stunting menjadi 7,14 persen atau hanya 10 anak stunting dari 140 anak di tahun 2023 yang sebelumnya 11,43 persen tahun 2022 dan 12,96 persen tahun 2021.

Inovasi desa ini adalah Cilupba (Ciptakan Lauk Protein Hewani untuk Balita). Bentuk kegiatannya dengan demo masak untuk ibu-ibu yang memiliki anak balita.

Desa Tegal Mentep Kabupaten Tabanan Provinsi Bali yang sudah mencapai 0 stunting/ zero stunting dengan inovasi program Semara Ratih yang salah satu kegiatannya adalah screening kesehatan bagi calon pengantin (catin).

Desa Candil Kabupaten Belitung Timur Provinsi Bangka Belitung dengan jumlah anak stunting 3 di Tahun 2023 yang sebelumnya 7 balita/baduta di Tahun 2022 dengan inovasi pembentukan UKBM BKIA (Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat Bina Keluarga Ibu dan Anak).

Desa Sakaia Kabupaten Seluma Provinsi Bengkulu dengan jumlah kasus anak stunting sebesar 0 atau zero stunting Tahun 2022 (data E-PPGBM 2022), inovasi membentuk Kawasan Rumah Pangan Lestari (tanaman sayuran organic dan budidaya ikan lele), DASHAT (dapur sehat atasi stunting dengan bahan pangan lokal) dan KECAPI (kader cermat peduli asi).

Permasalahan disetiap desa beragam mulai dari kesadaran masyarakat yang kurang, ibu hamil kekurangan energi kronik, pasangan usia subur masih banyak enggan menggunakan KB jangka panjang (MKJP), bayi tidak mendapat asi ekslusif, dan lain sebagainya.

Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pembangunan Keluarga,  Nopian Andusti menuturkan bahwa  egiatan webinar ini dilaksanakan demi menyebarluaskan informasi praktik baik desa kelurahan dalam rangka penyelamatan 1000 hari pertama kehidupan untuk mencapai Indonesia emas 2045.

KEYWORD :

Percepatan Penurunan Stunting BKKBN Hasto Wardoyo




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :