Sabtu, 20/04/2024 11:49 WIB

Kepala BKKBN Optimistis Prevalensi Stunting Sidoarjo di bawah 14 Persen Tahun 2024

 Angka ini sudah lolos dari standar World Health Organization (WHO) di bawah 20 persen.

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo menyampaikan pidato intinya dalam acara Konsolidasi Program Bangga Kencana dan Konvergensi Percepatan Penurunan Stunting di Kabupaten Sidoarjo, Senin 5 Juni 2022. (Foto: Supianto/Jurnas.com).

JAKARTA, Jurnas.com - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo optimistis prevalensi stunting di Sidoarjo, Jawa Timur bisa jauh di bawah 14 persen pada tahun 2024.

Demikian disampaikan Hasto saat menyampaikan pidato intinya dalam acara "Konsolidasi Program Bangga Kencana dan Konvergensi Percepatan Penurunan Stunting di Kabupaten Sidoarjo", Pendopo Delta Wibawa, Senin (5/6).

Berdadarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, angka stunting di Sidoarjo saat ini adalah sebesar 16,1 persen. Angka ini sudah lolos dari standar World Health Organization (WHO) di bawah 20 persen.

"Nah, inilah saya optimis di Sidoarjo ini bisa nanti 2024 malah kalau perlu jauh di bawah 14 persen karena tadi Pak Wakil Bupati Sidoarjo, Subandi bahwa airnya bersinya sudah diperbaiki dan saya kira ini gerakan yang luar biasa," kata Hasto.

Menurut Hasto, ada tiga yang menyebakan anak menjadi stunting. Pertama adalah kurangnya asupan Air Susu Ibu (ASI) kepada bayi dan pemberian protein hewani kepada anak, utamanya anak usia dibawah 2 tahun yang tidak optimal.

"Logonya di sini tuh bagus, ikan bandeng dan udang. Ini dua-duanya protein hewani. Makanya saya bilang, `Oh pantes, ya Sidoarjo itu stuntingnya rendah karena logonya aja bandeng dan udang. Bandeng dan udang itu mencegah stunting`," kata Hasto.

Penyebab kedua stunting adalah anak sering sakit-sakitan karena lingkungan yang tidak sehat. Kondisi lingkungan yang tidak sehat ini memicu penyakit yang akhirnya dapat menurunkan status gizi balita.

"Tadi Pak Subandi sudah sampaikan kalau airnya tidak sehat, jambannya tidak bagus maka akan sering diare karena tercemar oleh kotoran. Kalau sering mencret atau diare pasti berat badannya enggak naik-naik dan akhirnya tinggi badannya juga enggak naik-naik," kata Hasto.

Pola asuh yang kurang efektif juga menjadi salah satu penyebab stunting pada anak. "Pola asuh yang tidak baik, anak dekat dengan keluarga yang sering bertengkar, anak tidak ada yang urus, sehingga stunting," kata Hasto.

Di samping itu, Hasto juga meyebutkan ada tiga kerugian bagi anak di masa depan yang terkena stunting. Pertama, anak yang stunting berpotensi kehilangan kesempatan menjadi polisi dan tentara. Pasalnya, anak yang stunting sudah pasti postur tubuhnya lebih pendek.

Selanjutnya, anak stunting memiliki IQ yang lebih rendah dan cenderung lebih sulit memiliki kecerdasan otak yang sama dengan anak yang tidak stunging. "Jadi, sulit untuk berprestasi di sekolah," tutur Hasto.

Kerugian ketiga adalah belum tua sudah sering sakit-sakit-sakitan. "Jadi umurnya baru 40 tahun biasanya orang stunting itu pendek kalau gemuk jadinya central obese, kayak saya ini central obese, gemuk, tapi di tengah itu. Tapi saya tidak stunting karena saya tinggi," imbuh dia.

Sementara itu, Subandi mengatakan bahwa pihaknya sudah membentuk 1604 tim pendamping keluarga dengan total 4812 orang yang terdiri dari tiga unsur yakni bidan, kadar PKK, dan kader KB.

"Kader PPK merupakan salah satu garda terdepan untuk mengawal percepatan penuturan stunting. PKK turun langsung di lapangan dan mengetahui masalah yang ada di lingkup kecil di tingkat desa kelurahan, hingga Kecamatan," kata dia.

Dia juga mengatakan pihaknya terus mendorong penurunan angka stunting. Ia menyebut pihaknya terus mengedukasi masyarakat akan pentingnya hidup bersih dan sehat.

"Stunting bukan hanya soal makanan dan pola asuh yang buruk, tetapi juga dari kebersihan lingkungan atau sanitasi. Jadi, kita harus pikirkan dan perbaiki itu semua agar anak sehat dan tumbuh," ujarnya.

KEYWORD :

Hasto Wardoyo Percepatan Penurunan Stunting Sidoarjo Jawa Timur




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :