Minggu, 28/04/2024 09:43 WIB

IPHI Dukung BKKBN Cegah Stunting Lewat Food Estate

IPHI Dukung BKKBN Cegah Stunting Lewat Food Estate

IPHI dan BKKBN bekerja sama cegah stunting lewat Food Estate (Foto: Ist)

Jakarta, Jurnas.com - Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) melaksanakan kerjasama dengan Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) dalam program pencegahan/pengurangan stunting di Indonensia.

Penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) ditanda tangani oleh Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo, dan Ketua Umum IPHI Erman Suparno dengan dihadiri oleh pejabat BKKBN dan pengurus wilayah IPHI seluruh Indonesia secara virtual.

Stunting adalah masalah kurang gizi dan nutrisi kronis yang ditandai tinggi badan anak lebih pendek dari standar anak seusianya. Beberapa di antaranya mengalami kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal seperti lambat berbicara atau berjalan, hingga sering mengalami sakit.

Salah satu program Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) sebagai amanat Hasil Muktamar VII, Tgl.12 Juni 2021 di Jakarta, adalah Program Lumbung pangan nasional (Food Estate) sebagai kontribusi nyata bagi Kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, termasuk pencegahan/penganggulangan stunting yang cukup besar di Indonesia.

Program Lumbung pangan IPHI Food Estate ini berfokus pada pengembangan kuantitas dan kualitas hasil pertanian tanaman pangan, perikanan dan peternakan jangka pendek, sehingga diharapkan bisa langsung berkontribusi untuk pencegahan dan penggulangan stunting di Indonesia, tentunya dengan dukungan bersama lembaga negara dan swasta di seluruh Indonesia.

Ketua Umum IPHI Erman Suparno menjelaskan bahwa pengurus IPHI baik dari pusat sampai ke daerah akan membuat program kerja riil yang akan di implementasikan oleh anggota IPHI dalam hal ini para haji dan hajjah Indonesia, untuk melakukan kegiatan penanaman produktif baik pertanian maupun peternakan, perikanan yang merupakan sumber gizi dan protein masyarakat.

"Para Haji dan Hajjah diharapkan tidak hanya peduli tetapi mampu untuk membantu masyarakat terutama yang mengalami kasus stunting," ujar Erman.

Sementara dari sisi kelembagaan, IPHI akan melakukan kegiatan berkesinambungan yaitu program yang telah dicanangkan berupa program Food Estate dengan memanfaatkan tanah yang ada sehingga menjadi sumber pangan bagi rakyat Indonesia.

Di samping itu IPHI juga terus melakukan kajian dan penerapan pertanian pertanian modern agar para petani dapat meningkatkan dan menambah varian produksinya. IPHI juga telah menunjuk Ahli Biologi Universitas Jenderal Soedirman Prof. Edy Yuwono Ph.D untuk melakukan kajian dan riset riset pertanian dengan metode Biopharming, yakni usaha tani (farming) yang memanfaatkan tanaman atau hewan ternak untuk menghasilkan protein atau senyawa metabolit tertentu yang bernilai kesehatan atau pengobatan.

"Dengan tumbuhnya pertanian, perikanan, peternakan dalam satu kesatuan produksi oleh masyarakat dan petani, tentunya kebutuhan akan gizi baik gizi anak maupun gizi Ibu akan mudah diperoleh di lingungan kampung yang sudah penerapan produksi pertanian ini," tambah Erman.

Sebagaimana diketahui, Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan prevalensi balita stunting di tahun 2018 mencapai 30,8 persen di mana artinya satu dari tiga balita mengalami stunting. Indonesia merupakan negara dengan beban anak stunting tertinggi ke-2 di Kawasan Asia Tenggara dan ke-5 di dunia.

Ketua Umum IndoHCF, Supriyantoro, mengatakan kasus stunting atau kegagalan tumbuh kembang anak akibat malnutrisi kronis di Indonesia menjadi pekerjaan besar pemerintahan Jokowi-Ma`ruf Amin. Terlebih nominal target yang dituju Presiden Jokowi terbilang sangat ambisius yakni 14 persen pada tahun 2024 mendatang.

Sementara menurut data kemenkes tahun 2022 angka stunting di Indonesia masih 21,6 persen, sedangkan menurut standar Organisasi Kesehatan Dunia WHO terkait prevalensi stunting harus di angka kurang dari 20 persen.

KEYWORD :

Food Estate BKKBN IPHI Erman Suparno




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :