Jum'at, 26/04/2024 17:02 WIB

Iran Panggil Utusan China atas Pernyataan Sengketa Pulau dengan UEA

Iran Panggil Utusan China atas Pernyataan Sengketa Pulau dengan UEA.

Bendera Iran melambai di depan markas Badan Energi Atom Internasional (IAEA) di Wina, Austria pada 23 Mei 2021. (Foto: Reuters/Leonhard Foeger)

JAKARTA, Jurnas.com - Iran memanggil duta besar China/" style="text-decoration:none;color:red;font-weight:bold">China setelah Beijing mengeluarkan pernyataan bersama yang kontroversial dengan negara-negara Arab yang terkait tiga pulau yang disengketakan.

Dikutip dari Al Jazeera, Presiden China/" style="text-decoration:none;color:red;font-weight:bold">China, Xi Jinping mengunjungi Arab Saudi pada Jumat, di mana dia juga duduk dengan para pemimpin negara-negara Dewan Kerjasama Teluk (GCC). Mereka mengeluarkan pernyataan bersama, yang berisi beberapa klausul yang secara langsung menangani urusan Iran, program nuklirnya, dan aktivitas regionalnya.

Masalah yang mendorong pemanggilan utusan China/" style="text-decoration:none;color:red;font-weight:bold">China yang jarang terjadi adalah kepemilikan Greater Tunb, Lesser Tunb dan Abu Musa, tiga pulau di Selat Hormuz yang telah diperintah oleh Iran sejak 1971 dan diklaim Uni Emirat Arab (UEA) sebagai bagian dari wilayahnya.

Syah Iran saat itu mengirim angkatan laut kerajaan ke tiga pulau pada tahun 1971 setelah Inggris menarik angkatan bersenjata mereka dari daerah yang sekarang menjadi UEA.

Para pemimpin Emirat sejak itu mempertahankan pulau-pulau itu milik mereka, dengan dukungan dari negara-negara Arab lainnya. Iran telah menolak panggilan ini.

Dalam penandatanganan pernyataan yang menyerukan negosiasi bilateral sesuai dengan aturan hukum internasional, dan untuk menyelesaikan masalah ini sesuai dengan legitimasi internasional, China/" style="text-decoration:none;color:red;font-weight:bold">China secara efektif melemahkan sikap Teheran bahwa pihaknya tidak akan menerima pembicaraan apa pun di pulau-pulau tersebut.

Tidak seperti bahasanya untuk negara-negara Barat, Kementerian Luar Negeri Iran tidak mengumumkan memanggil duta besar China/" style="text-decoration:none;color:red;font-weight:bold">China untuk memprotes atau mengutuk tindakan tersebut, melainkan mengatakan utusan tersebut "melakukan kunjungan" dengan seorang pejabat kementerian luar negeri pada Sabtu, di mana "Ketidakpuasan yang kuat" dari Teheran disampaikan.

Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amirabdollahian juga mengatakan dalam sebuah tweet bahwa pulau-pulau itu adalah bagian yang tidak terpisahkan dari tanah murni Iran, dan Teheran tidak akan ragu untuk mendukung integritas teritorialnya.

Tweet Amirabdollahian dikritik secara karena dia tidak menyebut China/" style="text-decoration:none;color:red;font-weight:bold">China, dan juga karena dia hanya men-tweet dalam bahasa Farsi padahal sebelumnya dia men-tweet dalam bahasa Farsi dan China/" style="text-decoration:none;color:red;font-weight:bold">China untuk mendukung integritas teritorial China/" style="text-decoration:none;color:red;font-weight:bold">China.

China/" style="text-decoration:none;color:red;font-weight:bold">China dan Iran menandatangani perjanjian kerja sama 25 tahun tahun lalu, yang menurut Amirabdollahian awal tahun ini telah memasuki tahap implementasi, tetapi sejauh ini tidak ada kontrak besar yang dipublikasikan sebagai bagian dari kesepakatan tersebut.

Rekan China/" style="text-decoration:none;color:red;font-weight:bold">China

Pernyataan yang ditandatangani Xi dengan para pemimpin GCC tidak membatasi diri pada kepemilikan pulau-pulau itu.

Ini menekankan memastikan sifat damai dari program nuklir Iran dan meminta Teheran untuk sepenuhnya bekerja sama dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA), beberapa minggu setelah Iran meningkatkan pengayaan uraniumnya sebagai tanggapan atas resolusi yang diperkenalkan Barat di dewan pengawas nuklir.

Dalam sebuah wawancara dengan Al Jazeera yang diterbitkan pada Sabtu, Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi menegaskan, Iran memberikan jawaban kepada badan tersebut tentang partikel nuklir buatan manusia yang ditemukan di beberapa situs bukanlah pilihan, tetapi sebuah kewajiban.

China/" style="text-decoration:none;color:red;font-weight:bold">China dan negara-negara anggota GCC lebih lanjut menekankan dialog tentang aktivitas regional yang mendestabilisasi Iran dan dukungan untuk kelompok teroris dan sektarian serta organisasi bersenjata ilegal, selain proliferasi rudal balistik dan drone.

Dalam sebuah pernyataan, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Nasser Kanani menyatakan "keterkejutan" atas dimasukkannya klausul terkait Iran dan membela aktivitas Iran.

Mohammad Jamshidi, wakil urusan politik untuk Presiden Iran Ebrahim Raisi, secara langsung berbicara kepada otoritas China/" style="text-decoration:none;color:red;font-weight:bold">China dalam tweet yang dia tulis hanya dalam bahasa Farsi.

"Rekan-rekan China/" style="text-decoration:none;color:red;font-weight:bold">China harus ingat bahwa ketika Saudi [Arab] dan AS mendukung teroris ISIS (ISIL) dan kelompok al-Qaeda di Suriah dan menghancurkan Yaman dengan agresi militer yang brutal, Iranlah yang memerangi teroris sehingga stabilitas dan keamanan dapat terjaga. didirikan di seluruh wilayah dan terorisme tidak akan menyebar ke Timur dan Barat," tulisnya.

KEYWORD :

China Sengketa Pulau Uni Emirat Arab China Amerika Serikat




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :