Sabtu, 04/05/2024 12:23 WIB

Hadapi Krisis Pangan Global, Mentan Syahrul Ajak Penyuluh Terapkan Konsep PAKUI

Hadapi Krisis Pangan Global, Mentan Syahrul Ajak Penyuluh Terapkan Konsep PAKUI.

Penyuluh terlihat senang berpoto dengna Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo yang didampingi Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi. (Foto: Humas BPPSDMP).

JAKARTA, Jurnas.com - Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo, mengajak para penyuluh pertanian untuk lebih serius dalam menghadapi ancaman krisis pangan global.

"Penyuluh dan jaring-jaring pertanian yang ada sekarang itu harus kerja lebih serius," ajak Mentan Syahrul pada Pembekalan Penyuluhan Pertanian Nasianal dengan tema "Penyuluh Hebat Pertanian Kuat" di Kantor Pusat Kementerian Pertanian (Kementan), Jakarta, Kamis (6/10).

Untuk bekerja lebih serius, Mentan Syahrul, mengajak para penyuluh menerapkan konsep PAKUI alias memiliki perencanaan yang baik, antusias (serisus), knowledge, ulet, dan berintegraitas.

"Jadi, konsep PAKUI itu harus mulai jalan setelah ini. Kaulah yang paling tahu yang ada di wilayahmu. Jangan nunggu dan kita sudah di dekatkan teknologi pemberian Tuhan yang luar biasa," kata Mentan Syahrul.

Sementara itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi mengatakan, Kementan telah merumuskan tiga strategi jitu dalam menghadapi perubahan iklim.

Strategi pertama, kata Dedi, meningkatkan kapasitas produksi pangan komoditas pengendali inflasi, seperti bawang merah, cabai, bawang putih. Di samping itu, distribusi komoditas tersebut juga harus lancar.

"Negara kita negara besar, negara kepulauan, sehingga distribusinya (produk pertanian) sering terkendala. Oleh karena itu, distribusi dari produk ini juga harus aman," tutur Dedi.

Strategi kedua, lanjut Dedi, Kementan melakukan subtitusi pangan impor ke pangan lokal. Ia mengatakan, Indonesia memiliki keanekaragaman pangan lokal yang dapat mensubstitusi gandum yang selama ini diimpor kurang lebih seniali Rp 6 triliun per tahun.

"Ganti gandum dengan sagu. Kualitas sagu kita lebih bagus daripada gandum. Ganti gandum dengan ubi-umbian, sorgum atau pangan lokal kita yang lainnya," kata Dedi.

Adapun strategi yang ketiga, lanjut Dedi, yakni melakukan peningkatan ekspor komoditas pertanian, seperti sarang burung walet (SWB), porang, daging ayam, telur, dan produk pertanian lainnya yang memiliki potensi.

"Nah sekarang bagaimana para penyuluh mendukung tiga program ini untuk mengantisipasi krisis pangan global. Artinya penyuluh harus betul betul kerja keras mendampingi petani atau praktisi pertanian agar mengenjot produksi, olahan, dan pamasarannya," tutur Dedi.

Terakhir, Dedi juga mengajak para penyuluh untuk memanfaatkan digitalisasi. "Manfaatkan informasi teknologi (IT) untuk menggenjot produktivitas, meningkatkan kualitas dan menjamin kontinuitas," imbuh Dedi.

Sebagai informasi, pada kesempatan ini Mentan Syahrul juga mendapatkan perhargaan dari Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) dan Perhimpunan Penyuluh Pertanian Indonesia (Perhiptani).

Selanjutnya, masih di acara yang sama, Mentan Syahrul juga melaunching program mobil Ngobras on the Spot, yang ditujukan memperkuat peran penyuluh dalam menghadapi ancaman krisis global.

 

KEYWORD :

Konsep PAKUI Perubahan Iklim Global Pembekalan Penyuluhan Pertanian Nasianal Dedi Nursyamsi




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :