Rabu, 08/05/2024 08:25 WIB

Ini yang Bikin Indonesia Berpeluang Besar Jadi Lokomotif Industri Digital

Tingginya penetrasi internet itu sebagai dorongan dari dalam, sementara itu untuk dorongan dari luar berasal dari pandemi Covid-19.

Webinar Warta Ekonomi bertajuk Keuangan Digital Kian Canggih: Mengukur Literasi Keuangan dan Infrastruktur Digital di Indonesia, Rabu (6/4)

JAKARTA, Jurnas.com - Indonesia berpotensi menjadi lokomotif industri digital global yang didorong oleh besarnya jumlah penduduk serta tinggi pengguna internet di Tanah Air.

Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen, Tirta Segara mengatakan, survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) 2020 menyebutkan 197 juta atau 74 persen dari penduduk Indonesia tersambung ke Internet.

"Dari jumlah tersebut, sebanyak 95 persen pengguna internet tadi mengaku terhubung internet setiap hari dan 20 persen diantaranya itu terhubungnya lebih dari 8 jam sehari," ujarnya saat menjadi pembicara kunci dalam Webinar Warta Ekonomi bertajuk "Keuangan Digital Kian Canggih: Mengukur Literasi Keuangan dan Infrastruktur Digital di Indonesia" baru-baru ini.

Ia mengatakan, tingginya penetrasi internet itu sebagai dorongan dari dalam, sementara itu untuk dorongan dari luar berasal dari pandemi Covid-19. "Covid-19 telah memaksa kita berubah dalam berinteraksi dengan sesama, intensitas pertemuan fisik jadi terbatas, dan digitalisasi menjadi opsi dalam model bisnis baru," ujarnya.

Menurutnya, fenomena tersebut kemudian mendorong lembaga keuangan untuk beradaptasi dalam rangka mempertahankan eksistensinya serta memenuhi kebutuhan konsumen yang lebih efisien dan tatap aman, cepat serta mengedepankan faktor kesehatan atau keselamatan diri di tengah situasi pandemi Covid-19.

Senada yang dikatakan Tirta, Direktur Teknologi Informasi dan Digital PT Pegadaian (Persero) Teguh Wahyono mengungkapkan, untuk beradaptasi pihaknya melakukan inovasi dan kolaborasi digital dengan sejumlah fintech P2P lending dan e-commerce untuk produk pembiayaan dan penjualan emas.

"Di era digital, kompetisi sudah tidak relevan lagi jadi fintech yang dulu katanya disrupsi sekarang kami berkolaborasi salah satunya dgn digital lending ini. jadi mereka di depan dan dibelakangnya tetap kita atau mereka punya teknologi, kami kerja sama mengadopsi teknologi itu. ini memang digital inovasi, digital kolaborasi sesuatu yang real yang betul-betul kita laksanakan," paparnya.

Di sisi lain, Group Head Enterprise Planning and Architecture PT XL Axiata Tbk, Ariadi Nugroho merasakan betul bahwa Covid-19 membawa perubahan besar pada behavior masyarakat atau customer.

Dengan adanya Work from Home (WFH) dan home schooling, XL mengalami peningkatan trafik yang sangat signifikan sejak 2018 hingga 2021. Selain itu, revenue XL juga meningkat sebesar 200% dari 2020 sampai akhir 2021.

"Jadi memang Covid-19 ini membawa perubahan signifikan dari perspektif behavior customer dan apa yang mereka lakukan dengan data internet yang mereka miliki. Kami melihat ke depan yang paling penting adalah menjadi converged operator, jadi kami melihat produk dan jasa kami itu sifatnya harus digital, memiliki customer experience yang baik dan melihat sesuatunya secara utuh," tutur Ariadi.

Setali tiga uang, OVO juga merasakan bahwa Covid-19 telah memberikan perkembangan yang luar biasa ekosistem digital di Indonesia termasuk OVO sebagai layanan pembayaran digital. Head of PR PT Visionet Internasional (OVO) Harumi Supit mengatakan, saat ini OVO hadir secara offline di 660 kota/ kabupaten dan sudah menaungi 1,3 juta mercant QRIS dimana lebih dari 95 persennya pelaku UMKM.

"Dalam ekosistem digital, OVO itu menjadi semacam penghubung karena tanpa adanya fungsi layanan pembayaran digital itu kita tidak mungkin bisa mengakses begitu banyak layanan dan produk digital dari ecommerce, ride healing, pemesanan makanan dan lain-lain. Melalui OVO kita berkeinginan membuka akses terhadap ekosistem digital di indonesia dengan kemudahan layanan pembayaran dan mendorong peningkatan UMKM dari unbanked menjadi digital savvy," jelas Harumi.

Dalam kesempatan yang sama, Dirut PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (Mitratel), Theodorus Ardi Hartoko menuturkan, memang pandemi Covid-19 membawa dampak negatif ke beberapa sektor, namun di sisi lain juga membawa dampak positif di sektor lainnya. Salah satu sektor yang terangkat adalah telekomunikasi dimana Mitratel sebagai penyedia infrastruktur tower cukup terdorong atas kondisi tersebut.

"Jadi kita masih prrdiksi bisnis tower masih cukup prospektif. Kami masih optimis di bisnis ini dengan model bisnis yang relatif jangka panjang. Hal ini bisa dilihat pada 2019 hingga 2021 pertumbuhan industri tower diatas 5 persen dan kami tumbuh sampai 33%," ungkapnya.

Namun, kembali lagi, Tirta mengingatkan, pesatnya kemajuan digital ibarat pedang bermata dua. Di satu sisi kehadirannya sangat bermanfaat, tetapi di sisi lain juga berbahaya bagi masyarakat. Hal ini lantaran masih rendahnya tingkat literasi keuangan maupun tingkat literasi digital di masyarakat.

"Selain itu masih belum meratanya infrastruktur digital di seluruh daerah di indonesia juga menjadi salah satu agenda transformasi digital di Indonesia," pungkasnya.

Adapun berdasarkan Survei Nasional Literasi Keuangan Indonesia yang dilakukan OJK pada 2019 mengungkapkan, Tingkat literasi keuangan masyarakat indonesia masih rendah hanya sekitar 38 persen atau jauh lebih rendah dibandingkaan tingkat inklusi keuangan yang sebesar 76 persen.

"Dengan kata lain masih banyak masyarakat indonesia yang telah menggunakan produk layanan keuangan namun belum memahaminya," pungkasnya.

Selain itu, awareness masyarakat di dunia digital juga masih minim. Hal ini terlihat dari survei Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia yang menyatakan bahwa masih banyak pengguna internet yang mengumbar data pribadinya di dunia maya, sehingga rawan disalahgunakan.

Oleh sebab itu, masyarakat perlu meningkatkan pemahamannya tentang digitalisasi, bukan hanya mengetahui manfaatnya yang luar biasa tetapi mereka juga harus paham terhadap risikonya.

KEYWORD :

Industri Digital Pandemi COVID-19 Internet




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :