Minggu, 19/05/2024 13:17 WIB

Desa Punya Peran Strategis Cegah Lahirnya Stunting Baru

Strategi menurunkan stunting ada dua, yakni mencegah lahirnya stunting baru dan mengurus bayi yang sudah lahir.

Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo menghadiri sosialisasi Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Stunting Indonesia (RAN PASTI) di Surabaya, Rabu (2/3).

Jakarta, Jurnas.com - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo mengatakan, desa memiliki peran yang strategis untuk mencegah lahirnya stunting baru.

"Saya mengajak kepala-kepada desa dan ketua asosiasi kepala desa, marilah kita mencegah zero new stunting," ajak Hasto pada acara Desa Bebas Stunting, Mungkinkah? yang ditayangkan melalui kanal YouTube BKKBN, Selasa (29/3).

Pada kesempatan tersebut, Hasto mengingatkan kepada masyarakat agar tidak terjebak memahami stunting. "Jangan terjebak pada pendek itu pasti stunting karena pendek belum tentu stunting, tapi stunting pasti pendek," kata Hasto.

"Kita itu menggunakan standar WHO sementara banyak Indonesia yang pendek, tapi sebetulnya kalau kita teliti cerdas. Ini sebetulnya bukan stunting, tapi sementara ini masih kita masukkan stunting. Stunting yang kita catat ini stunted hanya panjangnya kurang," tambahnya.

Selain itu, Hasto juga menyampaikan kerugian yang akan dialami anak yang stunting, yakni tubuh pendek, kemampuan intelektual di bawah rata-rata, dan central obesity (gemuk tapi di tengah, Red).

"Orang yang central obesity baik stunting maupun tidak stunting risiko tekanan darah tinggi, jantung, stroke, dan diabetes. Jadi kesimpulanya orang yang stunting ini tidak cerdas, tidak tinggi, dan sakit-sakitan setelah umur 45 tahun," jelas Hasto.

Mantan bupati yang sukses memimpin Kulonprogo itu mengatakan, strategi menurunkan stunting ada dua, yakni mencegah lahirnya stunting baru dan mengurus bayi yang sudah lahir.

"Mengurus yang sudah stunting ini sulit. Kenapa? karena begitu sudah lahir waktunya cuman 1.000 hari. Seribu hari itu mulai dari ketemunya sel sperma dan sel telur. Begitu sudah lahir tidak 1.000 lagi karena di dalam rahim itu sudah 280 hari sehingga tinggal 720 hari," sambungnya.

Terkait hal ini, Hasto pun menceritakan pengalamannya semasa menjabat sebagai bupati Kulonprogo selama 7 tahun. "Saya sering gemes, baru ketemu stunting sekarang kita usulan APBN turunnya tahun berikutnya. Nah ini sudah lewat," ujarnya.

Karena itu, Hasto menekankan pentingnya untuk mencegah stunting dari hulu. "Semua yang mau hamil tidak boleh anemia, tidak boleh ada yang lingkar lengannya kurang dari 23,5 cm," kata Hasto.

Hasto mengatakan, setiap tahun ada 2 juta pasangan yang menikah di mana 1,6 juta di antaranya diperkirakan hamil di tahun pertama pernikahan. Dari data tersebut diperkirakan setiap tahun sekitar 400 ribu anak akan mengalami stunting.

"Jadi kalau desa penduduknya 2.000 kalau di Jawa Tengah yang lahir kurang lebih 32 lebih. Sebetulnya mencegah 32 itu bayi terlahir tidak stunting tidak berat apalagi Menteri Desa sudah memperbolehkan dana desa untuk mengatasi stunting," pungkasnya.

KEYWORD :

Kepala BKKBN Hasto Wardoyo Kerugian Stunting Remaja Anemia




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :