Senin, 29/04/2024 08:10 WIB

Kampanye #DontLiveWithPain, Upaya Mempercepat Penanganan Endometriosis

Endometriosis menimbulkan beban serius bagi kesehatan fisik dan mental perempuan

Paparan Achmad Kemal Harzif, SpOG(K) mengenai penanganan endometriosis dalam acara Virtual Media Briefing, Selasa (29/03/22) - Foto:Istimewa/JURNAS

Jakarta, Jurnas.com - Saat ini para Dokter diharapkan untuk mempercepat penanganan endometriosis agar mendapatkan hasil yang optimal bagi pasien. Hal ini sangat penting mengingat keterlambatan diagnosa dan pengobatan untuk endometriosis. Ini menjadi tantangan di Asia, salah satunya Indonesia yaitu dapat mencapai 7 – 10 tahun.

Dr. Dewi Muliatin Santoso, Head of Medical Dept. – Pharmaceuticals PT Bayer Indonesia mengatakan, endometriosis menyerang 10% perempuan usia produktif di seluruh dunia dan terus menjadi kasus serius di tingkat Global dan Regional.

Di samping menimbulkan dampak negatif bagi perekonomian di Asia akibat biaya perawatan medis dan bedah yang tinggi, endometriosis menimbulkan beban serius bagi kesehatan fisik dan mental perempuan. Selain itu, kasus endometriosis di Asia juga diperparah oleh lambatnya perempuan dalam mencari diagnosis dan pengobatan awal akibat berbagai miskonsepsi.

“Meskipun pedoman endometriosis untuk Asia dapat memandu Dokter guna merekomendasikan opsi perawatan yang berfokus pada pasien, kita juga perlu memanfaatkan platform yang tepat untuk mengedukasi perempuan perihal endometriosis,” terang dr.Dewi. 

Prof. Dr. dr. Wiryawan Permadi, Sp.OG(K) menjelaskan, Endometriosis merupakan penyakit yang sangat individual, dengan gejala dan dampak yang bervariasi. Beberapa orang memiliki nyeri yang ringan saat haid, namun ada yang memiliki gejala nyeri haid berat dan berulang.

“Perempuan dan anak perempuan yang memiliki kerabat dekat dengan endometriosis memiliki kemungkinan 7-10 kali lebih besar untuk memiliki endometriosis. Endometriosis juga dilaporkan menelan biaya yang sangat mahal dalam perawatan kesehatan, ketidakhadiran dan kehilangan partisipasi sosial dan ekonomi,” jelas Prof. Wiryawan.

Achmad Kemal Harzif, SpOG(K), menjelaskan, salah satu yang sering dialami oleh pasien endometriosis adalah keterlambatan diagnoisis. Dari berbagai penelitian ditemukan bahwa rata-rata mengalami keterlambatan diagnosis selama 6-7 tahun.

Hal ini, tambahnya, tentu terjadi karena berbagai faktor. Salah satunya adalah minimnya pengetahuan terkait penyakit ini. Dampaknya, penanganannya hingga saat ini belum maksimal.

“Untuk mengurangi keterlambatan diagnosis, perlu dilakukan beberapa hal. Yang pertama adalah jangan menormalisasikan nyeri haid yang dialami. Pasien kerap tidak mengenali rasa sakitnya sendiri. Apabila nyeri haid terasa dengan intensitas tinggi, mengganggu aktifitas dan kadang terjadi nyeri di luar haid maka endometriosis perlu dicurigai, terang dr. Achmad Kemal.

Lalu kunjungi fasilitas kesehatan dan lakukan beberapa pemeriksaan. Jika benar endometriosis, pasien akan segera bisa diberikan obat-obatan yang khusus menanganinya,” lanjutnya.

Ia juga menambahkan, tujuan pengobatan dilakukan secara lebih dini adalah untuk mengendalikan perkembangan penyakit endometriosis. Evaluasi pengobatan dilakukan secara berkala setiap 3-6 bulan untuk menilai respon pengobatan dan apabila respon baik maka terapi diteruskan dalam strategi pengobatan jangka panjang.

Psikolog Rika Vira Zwagery menjelaskan, dalam pengalamannya selama ini, tak jarang perempuan yang menderita endometriosis mengalami kecemasan, gangguan suasana hati, kehilangan kontrol diri, ketakutan, merasa tidak berdaya, pesimis, hingga depresi.“

“Jika dianalogikan, endometriosis dan kondisi psikologis ini bisa dikatakan sebagai pendulum, keluhan fisik yang dialami oleh penderita endometriosis akan berdampak pada kesehatan psikologis dan kesehatan psikologis akan mempengaruhi gejala endometriosis,” jelas Rika.

Rika menambahkan, perempuan penderita endometriosis harus didukung dengan support system yang kuat. Support system tersebut terdiri dari pasangan, keluarga, rekan kerja, dokter, psikolog dan komunitas pasien yang  bekerjasama dan saling memberikan dukungan untuk mengoptimalkan kondisi pasien.

Hal ini, tambahnya, menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara kondisi psikologis pasien dengan keberhasilan dan kepatuhan terapi medis.

“Jika pasien merasa nyaman dan dikuatkan oleh orang-orang di sekitarnya, lewat dukungan dan afirmasi positif yang mereka terima, tentu akan membantu untuk menerima dirinya secara penuh dan berdamai dengan segala kondisi yang dialaminya, dan pada akhirnya patuh pada pengobatan” tutupnya.

KEYWORD :

Endometriosis Diagnosa Pengobatan Keterlambatan Haid




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :