Senin, 29/04/2024 23:18 WIB

Kementan Dorong Diversifikasi Pangan Lokal

Lebih dari puluhan tahun Indonesia sudah bergantung pada produk pertanian impor karena produk pertanian lokal kalah dari sisi harga.

Ngobrol Asyik (Ngobras) Penyuluhan volume 14, dengan tema Respon Cepat dan Repoisisi Penyuluhan Pertanian untuk Mengurangi impor Pangan, Jakarta, Selasa (29/3).

JAKARTA, Jurnas.com - Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong diversifikasi pangan lokal untuk mengurangi ketergantungan pada komoditas yang diimpor selama ini.

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo, menilai jika barang impor harus bersaing dengan lokal, maka produk petani sudah kalah saing dari segi harga untuk masuk ke pasar.

Di samping itu pemerintah juga juga belum memiliki regulasi yang tegas terkait produk impor yang menggerus keuntungan para petani. "Importasi kita cukup besar, dan tidak ada larangan terbatasnya (lartas). Jadi saya sampaikan kepada Presiden, harus ada lartas," ujar Mentan.

Lebih lanjut Mentan mengatakan, lebih dari puluhan tahun Indonesia sudah bergantung pada produk pertanian impor karena produk pertanian lokal kalah dari sisi harga.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi, mengatakan, harga pangan di dunia semakin naik. Akibatnya harga pangan yang diimpor dalam negeri juga akan merangkak naik.

Hal tersebut dikatakan Dedi pada Ngobrol Asyik (Ngobras) Penyuluhan volume 14, dengan tema Respon Cepat dan Repoisisi Penyuluhan Pertanian untuk Mengurangi impor Pangan, Jakarta, Selasa (29/3).

"Solusi mengurangi pangan impor, dengan melakukan peningkatan produksi dan produktivitas pertanian, selain itu kita lakukan diversifikasi pangan lokal, seperti gandum diganti dengan singkong, tebu begitu juga gula pasir diganti dengan gula merah yang lebih sehat," kata Dedi.

Guru besar Ilmu Ekonomi Pertanian Universitas Lampung, Bustanul Arifin pada acara tersebut mengatakan kenaikan harga pangan dan dinamika geopolitik global berdampak spesifik pada pertanian Indonesia.

Pembangunan pertanian dan strategi penyuluhan ke depan perlu masuk pada pertanian presisi, digitasilisasi rantai nilai, kerja sama quadruple helix ABGC.

"Pengembangan pangan lokal perlu bervisi diversifikasi produksi, diversifikasi pangan dan gizi seimbang, memanfaatkan kearifan lokal dan industri kuliner," jelasnya.

Menurut Bustanul Arifin, diperlukan integrasi Trisula Pembangunan SDM Pertanian dalam pendidikan, pelatihan, penyuluhan pertanian, karena tantangan dinamika perubahan begitu cepat.

Narasumber selanjutnya Sunarru Samsi Hariadi, Guru besar Fakultas UGM, menjelaskan pada paparannya bahwa diperlukan sinergi agar fungsi sistem penyuluhan pertanian berjalan ymaka AKIS (agricultural Knowlegde and Information juga harus berjalan secara optimal.

"Informasi perkembangan berjalan luar biasa, penyuluh pertanian dan petani harus mampu menggunakan informasi dan tewknologi oleh karena itu diperlukan education system," ujar Sunarru Samsi.

Ia menambahkan, perubahan dapat dilakukan melalui empa) cara yaitu agricultural extension system, research system, education system, support system.

Narasumber lainnya, Entang Sastraatmadja, Ketua harian HKTI Jawa Barat, menjelaskan bahwa pemberdayaan petani adalah upaya untuk menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi kaum tani berkembang.

Dasar pemikirannya adalah pengenalan bahwa setiap manusia dan setiap masyarakat memiliki potensi yang dapat dikembangkan dan memperkuat potensi yang dimiliki oleh petani.

"Salah satu program pemerintah yaitu Petani Milenial yaitu program yang diperuntukan bagi anak bangsa yang berusia antara 19 - 39 tahun, Pemerintah akan mencetak 2,5 juta Petani Milenial hingga akhir 2024 nanti," ujar Entang.

Program petani milenial ini digelindingkan sejak tahun 2019 yang digagas oleh Kementerian Pertanian. Saat ini jumlah petani tercatat 33 juta. Dari jumlah itu, didapat data bahwa hanya 29% petani yang usianya kurang dari 40 tahun, atau disebut sebagai petani milenial.

"Diperlukan pendampingan dan pemberdayaan petani milenial menuju pertanina tangguh, modern dan berkelanjutan," tutup Entang.

KEYWORD :

Impor Pangan Diversifikasi Pangan Lokal Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :