Kamis, 02/05/2024 06:27 WIB

Kepala BKKBN Sampaikan 2 Strategi Percepat Penurunan Stunting di Kalimantan Selatan

Strategi pertama untuk mempercepat penurunan stunting adalah mencegah lahirnya stunting baru dengan menghitung jumlah ibu hamil, jumlah kelahiran, dan jumlah baduta.

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo memberikan keterangan pers di Ruang Press Room BKKBN, Jakarta, Kamis (4/11).

BANJARMASIN, Jurnas.com - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo menyampaikan dua strategi untuk mempercepat penurunan stunting di Kalimantan Selatan.

"Jadi, strateginya ada dua," kata Hasto melalui zoom meeting usai pembukaan Sosialisasi Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Stunting (RAN PASTI) di Banjarmasin, Senin (21/3).

Hasto mengatakan, strategi pertama untuk mempercepat penurunan stunting adalah mencegah lahirnya stunting baru dengan menghitung jumlah ibu hamil, jumlah kelahiran, dan jumlah baduta.

"Itu salah satu cara cepat untuk menurunkan stunting. Karena kalau kita fokus saja sama yang sudah stunting itu agak kehabisan waktu," kata Hasto yang juga Ketua Pelaksana Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Pusat.

Menurut Hasto, banyak kasus stunting yang baru ditemukan setelah usia 6 bulan. Jika pada usia tersebut anggaran pendapatan belanja daerah (APBD) diusulkan maka anggaran tersebut baru cair by name by address setelah anak usia di atas 6 bulan bahkan setahun.

"Akhirnya kemudian kelewat waktunya. Mereka sudah lebih dari 1000 hari pertama kehidupan (HPK). Lah, ini banyak yang fokus mencari yang sudah stunting," ujarnya.

Hasto mengatakan, setiap tahun ada 2 juta pasangan yang menikah di mana 1,6 juta di antaranya diperkirakan hamil di tahun pertama pernikahan. Dari data tersebut diperkirakan setiap tahun sekitar 400 ribu anak akan mengalami stunting.

"Kalau kita ingin menghadang stunting baru maka mereka nikah itu kontribusinya besar sekali. Oleh karena itu, saran saya cegahlah lahirnya stunting baru dari mulai dari nikah," kata Hasto.

"Kemudian mencegahnya lagi setelah melahirkan. Kalau di tempat bapak ibu melahirkan 20.000 ternyata yang ikut KB hanya 30 persen, maka sisanya itu banyak hamilnya kurang dari dua tahun. Jarak sangat dekat erat dengan stunting," sambungnya.

Selanjutnya, mantan bupati yang sukses memimpin Kulon Progon itu mengatakan, strategi kedua untuk mempercepat penurunan stunting di Kalimantan Selatan untuk jangka panjang adalah lingkungan.

Hasto mengakui bahwa lingkungan memiliki pengaruh besar terjadinya risiko stunting, sehingga ketersediaan air bersih, rumah yang tidak kumuh dan jamban sangat penting.

"Betapa mereka yang buang kotoran di sembaranga tempat maka E. coli banyak ditempat kita kemudian akhirnya diare berulang kali. Rumahnya kumuh, tuberkulosisnya tinggi, TBC-nya tinggi kemudian akhirnya sakit-sakitan terus," kata Hasto.

Sebagai informasi, Kalimantan Selatan merupakan salah satu dari 12 provinsi prioritas yang memiliki prevalensi stunting tertinggi di tanah air di tahun 2022 ini. Di provinsi ini ada lima wilayah berkategori merah atau prevalensi stunting di atas kisaran 30 persen.

Kelima wilayah tersebut, yakni Banjar 42,2 persen, Tapin 33,5 persen, Barito Kuala 32,4 persen, Balangan 32,3 persen dan Tanah Laut 31,0 persen.

Enam daerah yang berstatus kuning dengan prevalensi 20 hingga 30 persen, Hulu Sungai Tengah 29,9 persen, Hulu Sungai Selatan 29,1 persen, Tabalong 28,2 persen, Kota Banjarmasin 27,8 persen, Kotabaru 21,8 persen dan Hulu Sungai Utara 20,9 persen.

Sementara dua daerah lain di Kalimantan Selatan berpredikat hijau dengan angka prevalensi stuntingnya di antara 10 hingga 20 persen yakni Kota Banjarbaru 19,0 persen dan Tanah Bumbu 18,7 persen.

Hadir pada RAN PASTI ini Inspektur Utama BKKBN, Ari Dwikora Tono, Gubernur Kalimantan Selatan yang diwakili Sekretaris Daerah (Sekda), Roy Rizali Anwar, Bupati Tabalong H Anang Syakhfiani, dan Bupati Kabupaten Tanah Laut, M Sukamta.

KEYWORD :

Kepala BKKBN Penurunan Stunting RAN PASTI Hasto Wardoyo Kalimantan Selatan




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :