Minggu, 19/05/2024 17:55 WIB

ARSA Dalangi Pembunuhan Pemimpin Rohingya Mohib Ullah

Polisi Bangladesh mengungkapkan bahwa kelompok bersenjata Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA), berada di balik pembunuhan pemimpin terkemuka Rohingya, Mohib Ullah tahun lalu.

Pengungsi Rohingya duduk di bangku kayu kapal angkatan laut dalam perjalanan ke pulau Bhasan Char di distrik Noakhali, Bangladesh (Foto: Reuters)

Yangon, Jurnas.com - Polisi Bangladesh mengungkapkan bahwa kelompok bersenjata Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA), berada di balik pembunuhan pemimpin terkemuka Rohingya, Mohib Ullah tahun lalu.

Beberapa jam setelah pria berusia 48 tahun itu ditembak mati di Kutupalong, pemukiman pengungsi terbesar di dunia, keluarganya menuduh ARSA mendalangi pembunuhan itu.

Kelompok bersenjata tersebut melakukan pemberontakan di Myanmar, dan dituduh menjalankan narkotika, membunuh lawan politik, dan menimbulkan iklim ketakutan di kamp-kamp pengungsi.

Pasukan keamanan secara rutin membantah operasi ARSA di kamp-kamp, dan menyalahkan kematian Ullah pada perang wilayah yang tidak terkait.

Tetapi penyelidikan polisi menghasilkan kemajuan dalam beberapa pekan terakhir. Inspektur yang melakukan penyelidikan pada Selasa (15/3) kemarin menyebut 15 orang yang terkait dengan kelompok itu telah ditangkap karena peran mereka dalam pembunuhan itu, empat di antaranya telah mengeluarkan pengakuan.

"Dalam pernyataan mereka, keempatnya mengklaim bahwa mereka adalah anggota ARSA dan mereka mendapat instruksi dari para pemimpin ARSA untuk membunuh Mohib Ullah," kata Gazi Salahuddin kepada kantor berita AFP dikutip dari Aljazeera pada Rabu (16/3).

"Sebuah pertemuan diadakan pada malam 27 September untuk membunuh Mohib Ullah. Ada pimpinan ARSA (dalam pertemuan itu) dan mereka menuntut agar dia dibunuh," imbuh dia.

Salahuddin mengatakan dia yakin pembunuhan itu diperintahkan oleh kepala ARSA, Ataullah, yang diyakini berada di Myanmar. Motifnya, Ataullah merasa iri karena korban memiliki pengikut yang semakin banyak.

"Mereka mengira Mohib Ullah dan organisasinya telah menjadi lebih terorganisir dan populer daripada ARSA. Jadi mereka membunuhnya," ujar dia.

"Mohib Ullah bekerja melawan ARSA dan meningkatkan kesadaran tentang kegiatan kriminal kelompok itu," lanjut dia.

Diketahui, lebih dari 850.000 Rohingya tinggal di kamp-kamp pengungsi Bangladesh, yang sebagian besar melarikan diri dari tindakan keras militer brutal di Myanmar yang sekarang menjadi subjek kasus genosida di pengadilan tertinggi PBB di Den Haag.

Bekerja di antara kekacauan dan kegelisahan di kamp-kamp, Ullah dan rekan-rekannya diam-diam mendokumentasikan kejahatan yang diderita rakyatnya di tangan militer Myanmar sambil mendesak kondisi yang lebih baik.

Mantan guru sekolah itu terkenal pada tahun 2019 ketika ia mengorganisir protes sekitar 100.000 orang di kamp-kamp, sekaligus menandai dua tahun sejak eksodus mereka.

Dia juga bertemu dengan presiden AS saat itu Donald Trump di Gedung Putih, dan berpidato di pertemuan PBB di Jenewa.

KEYWORD :

ARSA Arakan Rohingya Salvation Army Muhib Ullah




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :