Minggu, 19/05/2024 12:57 WIB

Wapres: Stunting dapat Mematikan Masa Depan Anak

Kerugian ekonomi bagi negara yang ditimbulkan oleh stunting juga merupakan masalah serius, karena 2 hingga 3 persen Produk Domestik Bruto (PDB) hilang per tahun akibat stunting.

Wakil Presiden, Ma`ruf Amin. (Foto: Ist)

JAKARTA, Jurnas.com -  Wakil Presiden (Wapres), Ma`ruf Amin mengatakan, stunting dapat mematikan masa depan seorang anak, bahkan sebelum tumbuh dewasa karena stunting mengindikasikan kemampuan kognitif anak.

Demikian disampaikan Wapres Ma`ruf saat membuka Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Tahun 2022 melalui konferensi video dari Jakarta, Selasa (22/2).

"Permasalahan stunting harus ditangani secara serius karena stunting bukan hanya masalah gagal tumbuh secara fisik. Lebih dari itu, stunting dapat mematikan masa depan seorang anak bahkan sebelum ia tumbuh dewasa karena stunting mengindikasikan kemampuan kognitif," ujarnya.

"Padahal human capital sangat menentukan keberhasilan pembangunan. Bila nyaris 30 persen anak Indonesia stunting, artinya 30 persen kekuatan pembangunan Indonesia di masa depannya terancam hilang," sambungnya.

Wapres Ma`ruf juga mengatakan, kerugian ekonomi bagi negara yang ditimbulkan oleh stunting juga merupakan masalah serius, karena 2 hingga 3 persen Produk Domestik Bruto (PDB) hilang per tahun akibat stunting.

"Dengan jumlah PDB Indonesia tahun 2020 sekitar Rp 15.000 triliun, maka potensi kerugian akibat stunting mencapai Rp 450 triliun per tahun, katanya.

Karena itu, ia berharap dalam dua tahun ke depan, Indonesia harus melihat capaian konkret dan terukur, terutama agar prevalensi stunting turun ke angka 14 persen pada 2024, sesuai target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.

"Bahkan angka stunting diharapkan menjadi nol persen pada 2030," tambahnya.

Di tempat yang sama, Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo mengatakan,  angka prevalensi stunting di Indonesia masih cukup tinggi sedangkan waktu efektif yang tersisa hanya 2,5 tahun untuk mencapai target 14 persen pada akhir tahun 2024.

"Dengan dukungan dan komitmen dari seluruh elemen masyarakat, kami sangat optimis dapat menurunkan angka prevalensi stunting sampai dengan 14 persen di akhir tahun 2024 nanti," tegas Hasto.

Hasil Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) melaporkan bahwa selama tahun 2021 telah terjadi penurunan prevalensi angka stunting di Indonesia, yaitu dari 27,67 persen (2019) menjadi 24,40 persen (2021).

Rakernas ini mengundang sembilan narasumber dari lintas sektor, eksternal dan internal BKKBN. Di antaranya Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (keynote speaker), Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Agama, Kementerian Kesehatan, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Kepala BKKBN, Deputi Bidang KB KR BKKBN, dan Inspektur Utama BKKBN.

KEYWORD :

Ma`ruf Amin Penuruan Stuning BKKBN Hasto Wardoyo




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :