Senin, 29/04/2024 04:57 WIB

Antisipasi Kenaikan Harga, Diversifikasi Negara Pemasok Kedelai Perlu Dilakukan

Produk kedelai AS (Foto: Reuters)

JAKARTA, Jurnas.com - Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) mengatakan, diversifikasi negara pemasok kedelai perlu dilakukan untuk mengurangi dampak kenaikan harga dan untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga kedelai dalam negeri.

"Pemerintah perlu mendiversifikasi sumber impor agar harga dan jumlah pasokan kedelai dalam negeri stabil. Indonesia merupakan negara dengan konsumsi kedelai terbesar kedua di dunia setelah China," jelas Peneliti CIPS, Nisrina Nafisah dalam keterangannya diterima Jurnas.com, Kamis (17/2).

Brazil dan Argentina bisa menjadi opsi pemerintah untuk melakukan kerja sama yang lebih besar, terutama untuk memenuhi ketersediaan kedelai yang selama ini didominasi kedelai dari Amerika Serikat/" style="text-decoration:none;color:red;font-weight:bold">Amerika Serikat (AS).

Produksi kedelai kedua negara tersebut mencapai 140 juta ton dan 50 juta ton setiap tahunnya. Jumlah impor kedelai Indonesia dari kedua negara tersebut kurang dari 1 persen total impor setiap tahunnya, bahkan tidak mengimpor kedelai dari keduanya di 2020.

Indonesia sedang menjajaki kerja sama ekonomi dengan Kawasan Latin Amerika dan Karibia, yang merupakan pasar non-tradisional Indonesia. Kerja sama ekonomi di kawasan tersebut dapat membuka peluang Indonesia membagi kuota impor kedelainya dengan negara Amerika Latin.

Lebih dari 80 persen kedelai Indonesia berasal dari impor setiap tahunnya. Data dari BPS menunjukkan, sekitar 90 persen impor kedelai Indonesia untuk tahun 2020 datang dari AS sejumlah 2.238,5 ton dari total 2.475,3 ton impor kedelai Indonesia.

Kanada menjadi negara sumber impor terbesar kedua untuk Indonesia dengan jumlah impor yang mencapai 229,6 ribu ton pada tahun 2020.

Data USDA 2022 menunjukkan, naiknya harga kedelai di pasar internasional disebabkan beberapa faktor, seperti berkurangnya pasokan kedelai dunia karena perubahan cuaca yang mengganggu produksi kedelai di negara produsen utama, yaitu AS, Brazil dan Argentina. Ketiga negara tersebut menghasilkan sekitar 80 persen produksi kedelai dunia.

Sejak Desember 2021, produksi kedelai turun 7 persen di Brazil dan 9 persen di Argentina. Walaupun ada penurunan jumlah produksi, kedua negara tetap termasuk sebagai produsen utama kedelai di dunia.

Nisrina menambahkan, Badai Ida yang terjadi pada akhir Agustus sampai awal September sempat mengganggu produksi kedelai di Louisiana dan beberapa negara bagian AS lainnya. Karena itu, total pasokan kedelai  2021 menurun sebesar 53 juta bushel atau 1,4 juta ton.

Pasokan kedelai yang turun karena kapasitas produksi yang terbatas dan gangguan cuaca saat masa panen kedelai, yang biasanya jatuh sekitar September sampai Desember di beberapa negara produsen utama, juga turut memengaruhi kenaikan harga

Faktor lainnya yang berperan adalah gangguan pada rantai pasok akibat kurangnya tenaga kerja pada sektor logistik dan tingginya biaya transportasi. Karantina wilayah yang masih diterapkan di berbagai negara juga menambah waktu untuk pengangkutan barang.

Selain itu, bencana Badai Ida di AS merusak pelabuhan New Orleans yang merupakan pelabuhan utama untuk ekspor barang dari Negeri Paman Sam.

"Diversifikasi sumber pangan penting dilakukan untuk memastikan pemenuhan stok kedelai dalam negeri, sehingga ketika terjadi gangguan di satu sumber impor, Indonesia bisa dengan segera beralih ke sumber lain," cetusnya.

KEYWORD :

Impor Kedelai Amerika Serikat Brasil Argentina Amerika S




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :