Kamis, 16/05/2024 16:48 WIB

Dampak Omicron Diperkirakan Tak Signifikan Pada Perekonomian

Dampak penyebaran COVID-19 varian Omicron akan berbeda dengan penyebaran Delta tahun 2021.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Febrion Kacaribu (Jurnas/ist)

Jakarta, Jurnas.com - Dampak COVID-19 varian Omicron terhadap perekonomian diperkirakan tidak akan signifikan karena varian ini diyakini lebih mudah dikendalikan. Dampak penyebaran COVID-19 varian Omicron akan berbeda dengan penyebaran Delta tahun 2021.

Hal tersebut diutarakan Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Kacaribu, dalam Taklimat Media daring yang dipantau di Jakarta, Kamis (10/2).

"Saat ini dengan data yang kita punya kita cukup optimis ini kondisi yang kita bisa dikelola dengan baik. Tentu yang jadi faktor yang harus kita perhatikan adalah kesiapan fasilitas kesehatan di sini peran telemedicine menjadi sangat membantu," kata Febrio.

Varian Delta memiliki gejala yang lebih parah sehingga banyak pasien yang perlu dibawa ke rumah sakit atau ke lokasi isolasi yang disediakan pemerintah. "Menariknya dengan melihat betapa mild-nya gejala Omicron dibandingkan Delta, banyak negara yang sudah mulai menyesuaikan responnya itu tidak serestriktif waktu menghadapi Delta tahun lalu," imbuhnya.

Saat ini Indonesia juga telah memiliki Aplikasi Peduli Lindungi yang dapat langsung mendeteksi pasien terkonfirmasi positif. Pasien tersebut bisa melakukan isolasi mandiri di rumah dan dikirimkan obat-obatan agar segera pulih.

"Ini akan mengurangi tekanan pada fasilitas kesehatan dan mengurangi tekanan pada kebutuhan merawat pasien di rumah sakit yang relatif mahal. Sehingga kalau kita bisa kendalikan tidak semua ke rumah sakit dan bisa kendalikan mandiri itu akan jauh lebih baik bagi aktivitas ekonomi dan budget juga" katanya.

Namun demikian pemerintah tetap mempersiapkan fasilitas kesehatan agar dapat menampung kemungkinan lonjakan pasien COVID-19. Dalam mengelola Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022, pemerintah juga menetapkan automatic adjustment.

Setiap kementerian dan lembaga diminta menyisihkan 5 persen dari anggaran mereka untuk tidak langsung digunakan. Dengan strategi tersebut ia meyakini pertumbuhan ekonomi 2022 akan lebih tinggi dibandingkan 2021 atau mencapai di atas 5 persen year on year.

"Jadi kalau nanti kita butuh untuk realokasi sudah ada dananya sehingga tidak mengagetkan dan tidak menambah waktu untuk menyiapkannya. Jadi fleksibilitas permanen untuk APBN kita," ucapnya.

KEYWORD :

Febrio Kacaribu Omicron Perekonomian




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :