Senin, 29/04/2024 11:50 WIB

Kepala BKKBN: Penurunan Stunting 14 Persen Perlu Dikeroyok

Inovasi revolusioner yang masif, serentak, dan cepat sangat diperlukan dalam menurunkan angka prevalensi stunting hingga 14 persen.

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo pada acara Forum Nasional Stunting 2021, Selasa 14 Desember 2021. (Foto: Supianto/screenshot)

JAKARTA, Jurnas.com - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo mengatakan, keterlibatan dunia usaha masih perlu ditingkatkan dalam menurunkan angka prevalensi stunting hingga 14 persen pada 2024.

"Masih sangat butuh dikeroyok dan gotong royong," kata Hasto menaggapi pertanyaan awak media usai melakukan Kesepakatan Bersama (MoU) dengan PT Nestle Indonesia, di Kantor Pusat BKKBN, Jakarta (14/12).

Menurut Hasto, inovasi revolusioner yang masif, serentak, dan cepat sangat diperlukan dalam menurunkan angka prevalensi stunting hingga 14 persen. Pasalnya, angka tersebut tidaklah ringan apalagi dengan adanya pandemi COVID-19.

"Kalau tidak ada inovasi ya, saya yakin tidak bisa memenuhi ekspektasi yang sangat menantang karena 14 persen itu. (Kita) butuh Nestle yang lain karena jumlah stuntingnya kan terlalu banyak," kata Hasto.

Hasto berharap, produk nutrisi dunia usaha dapat disinergikan dengan produksi lokal.

"Sebagai contoh dia punya produksi susu kemudian ada anak yang butuh tambahan makanan, yang makanan tambahanan itu perlu diperkaya dengang fortifikasi. Fortifikasi inilah yang mereka bisa lakukan di situ," jelas Hasto.

Melalui program dapur sehat atasi stunting (Dashat), mantan bupati Kulog Progo itu mengatakan, BKKBN ingin mengajari masyarakat membuat masakan dengan gizi seimbang.

"Pasti di Dashat itu butuh fortifikasi-fortifikasi seperti tadi. BKKBN minta Nestle Indonesia bisa menjadi coach di situ bersama dengan BKKBN. Kalau misalnya ada produksi yang bisa difortifikasi di situ, kita fortifikasikan di situ," kata Hasto.

Dresiden Direktur PT Nestle Indonesia, Ganesan Ampalavanar menyambut baik kerja sama dengan BKKBN dalam upaya penurunan stunting, yang meliputi upaya pemberian edukasi serta sosialisasi kepada masyarakat berupa edukasi gizi, tumbuh kembang, dan fortifikasi pangan.

Selain itu, program ini juga mencakup kegiatan peningkatan efektivitas dan kompetensi dasar sumber daya manusia terkait gizi dan tumbuh kembang anak untuk membantu peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan anak melalui kegiatan pendampingan.

"Kami berharap kerjasama ini dapat berjalan dengan baik dan mendukung anak Indonesia tumbuh sehat dan optimal sebagai pemimpin generasi berikut," kata Ampalavanar.

 

KEYWORD :

BKKBN Nestle Indonesia Prevalensi Stunting Hasto Wardoyo Fortifikasi




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :