Senin, 29/04/2024 04:25 WIB

China Bajak Ekonomi Indonesia Sejak Masa Penjajahan

Menurut Noorsy, China mewarisi sumber-sumber produksi dan kekayaan Indonesia saat Belanda menyerah pada Jepang pada tahun 1945

Diskusi aksi bela Islam III

 Jakarta - Kekuatan China bajak ekonomi Indonesia telah berlangsung sejak masa penjajahan. Hal itu diungkap pengamat Politik Ekonomi Ichsanudin Noorsy dalam diskusi yang bertema "Aksi Bela Islam III-212, Doa Atau Unjuk Rasa dan Prediksinya" di Menteng, Jakarta, Rabu (1/12/2016). 

"Saya akan mengambil contoh dari peristiwa sejak jaman (penjajahan) Belanda, dari jaman kemerdekaan, sampai sekarang," ujar Noorsy mengawali pernyataannya.

Noorsy mengatakan jaringan konglomerasi China telah lama bercokol di Indonesia. Mereka, kata Noorsy, merupakan pihak yang mewarisi sumber-sumber produksi dan kekayaan Indonesia saat Belanda menyerah pada Jepang pada tahun 1945. 

Sebagai negara jajahan, kata Noorsy, saat itu China merupakan kaki tangan Jepang di Indonesia. 

"Diawal-awal perjuangan kemerdekaan, sesungguhnya situasi ekonomi Belanda amat sulit luar biasa. Sehingga Belanda melakukan hutang 5,9 Triliun Golden. Hutang makin kenceng habis-habisan ketika perang dunia pertama dikalahkan dan perang dunia kedua, Belanda dipukul habis oleh jepang. Dan nggak karu-karuan. Maka situasinya sejumlah kekuasaan dipasrahkan kepada Jepang sebagai pemenang perang. Jadi, sejumlah kekayaan yang dimiliki oleh Belanda, mangakibatkan beralihnya sektor-sektor strategis termasuk impor. Menariknya, yang menjadi kaki tangan mereka tetap yang namanya suku bangsa China," ungkap Noorsy. 

Di tahun 1965, Noorsy melanjutkan terdapat banyak infrastruktur ekonomi serta sumber daya alam Indonesia yang diangkut China ke negaranya. Tidak hanya ke negaranya, mereka juga mengangkutnya se sejumlah negara-negara lain di ASEAN. 

"Dibawa ke Thailand dan Filifina. Sebagian dibawa ke beberapa negara ASEAN lain," ungkapnya.

Lebih lanjut Noorsy mengatakan kekuatan China selalu memiliki cara membajak kekayaan nasional. Disebutkannya, upaya pengambil alihan kekuasaan di sektor ekonomi kembali dilakukan kekuatan China pada era 1997 dan 1998.

"Di 97 dan 98, terjadi penelikungan luar biasa. Konglomerat China ini minta kredit. Waktu itu saya jadi anggota DPR. Jadi, ketika mereka terpukul pada tahun 97 hingga 98 dan tahun 65 hingga 66, sesungguhnya mereka selalu punya cara membebani perekonomian bahkan membajak habis habisan. Hari ini terbukti, mereka menguasai 60,3 persen, bukan 80 persen dari APBN," paparnya.

Noorsy melanjutkan saat ini kekuatan China telah mendominasi kekuasaan ekonomi di Indonesia. Mereka kemudian memiliki keinginan untuk merebut kekuasaan politik dengan tujuan mengamankan dominasi ekonominya di Indonesia.

"Bagaimana 50 konglomerat keturunan China ini berusaha mempertahankan habis-habisan pada peristiwa yang direpresentasikan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Sebenarnya dilihat dan dirasakan orang-orang. Tapi muncul secara malu-malu. Muncul dalam lobi-lobi," tutupnya.

KEYWORD :

Ichsanodin Noorsy Ahok




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :