Jum'at, 10/05/2024 11:51 WIB

Menko PMK: Banyak Kasus Stunting Terjadi karena Ketidaktahuan

Dalam kerja sama ini, hal yang harus disentuh pertama-tama bukan masyarakat atau penduduk sudah menikah, tetapi parah mahasiswa/i yang nanti pada akhirnya akan menuju ke jenjang pernikahan.

Menteri Koordinator Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Muhadjir Effendy.

JAKARTA, Jurnas.com - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy mengatakan, banyak kasus stunting terjadi karena ketidaktahuan.

Hal itu disampaikan Muhadjir dalam keynote speech pada Simposium Nasional 2021 "Praktik Baik Percepatan Penurunan Stunting Melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi", Jakarta, Selasa (26/10).

"Banyak sekali kasus stunting ini justru dimulai dari ketidaktahuan dan ketidakpahaman yang cukup dalam kaitannya dengan hidup sehat terutama yang diderita oleh remaja akibat diet tidak rasional yang megakibatkan gangguan dalam janin," ujarnya.

Muhadjir berharap, kerja sama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) dengan perguruan tinggi dalam pengentasan stunting tidak lagi pada masyarakat yang sudah menikah, tetapi kepada para mahasiswa/i atau remaja.

"Dalam konteks kerja sama antara BKKBN dengan perguruan, maka penanganan stunting, terutama dalam pendekatan yang persuasif dan eduktif dari calon pengantin menjadi sangat strategis," ujar Muhadjir.

Muhadjir mengatakan, ada dua sasaran yang harus dicapai dalam kerja sama ini, yaitu melakukan penyadaran dan pendidikan bagi para mahasiswa. Selanjuntya, sebagai pengabdian kepada masyarakat dalam memberikan pengarahan, sekaligus penyelesaikan masalah stunting.

"Kita semua menyadari penanganan stunting tidak cukup berhenti simposium, justru yang lebih penting adalah bagaimana aksi di lapangan. Harus kita kejar kantong stunting terjadi dan kemudian kita seselaikan satu demi satu," ujarnya.

Di tempat yang sama, Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo mengatakan, penurunan angka stunting, juga akan menekan jumlah kematian ibu dan bayi. "Penurunan angka stunting sebetulnya sekaligus penurunan angka kematian ibu dan bayi," ujar Hasto.

Hasto mengatakan, kematian ibu dan bayi selama masa pandemi COVID-19 mengalami peningkatan. Sebelum pandemi, angka kematian ibu di 305 per 100.000 kelahiran hidup dan 24 per 1.000 kelahiran bayi.

"Bisa dibayangkan di Indonesia setiap 1.000 bayi lahir terpaksa 24 ibu harus menagis karena bayinya tidak bisa diselamatkan. Begitu juga, setiap 100.000 ibu melahirkan, 305 harus menangis karena ibunya tidak bisa diselamatkan," ujar Hasto.

Karena itu, Hasto berharap upaya pemerintah dalam menurunkan angka stunting ke 14 persen pada tahun 2024 juga sekaligus bisa menurunkan angka kematian ibu menuju 70 per 1.000 kelahiran hidup.

KEYWORD :

stunting pengentasan stunting bkkbn hasto wardoyo muhadjir effendi




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :