Jum'at, 26/04/2024 18:04 WIB

Ekonomi Menuju Recovery, BNI Asset Management di Jalur Positif Selama Pandemi

Ekonomi Indonesia di tahun 2021 diprediksi akan emmasuki tahap recovery. Seperti apa?

Saat Webinar bersama BNI. (Foto : Jurnas/Ist).

Jakarta, Jurnas.com- Kondisi perekonomian  domestik dan global  pada tahun 2021 diprediksikan akan memasuki tahap recovery  meskipun masih melambat karena masih ada potensi terjadinya second wave tercermin dari situasi pandemi yang masih menyebar dan meningkat di beberapa negara, banyak negara menunjukkan slowed reopening dan beberapa negara lainnya partial lockdown. Khusus negara China yang berhasil menahan virus dan recovery menuju level pre-Covid. Sentimen positif dengan terpilihnya Joe Biden sebagai Presiden AS memberi angin segar yang memicu ekspektasi trade policy yang lebih baik karena hubungan perdagangan internasional

Dalam kondisi pandemic itu, diungkapkan Wakil Direktur Utama BNI Adi Sulistyowati, PT BNI asset Management mampu mempertahankan posisinya pada jajaran 10 perusahaan asset management di Indonesia dengan asset under management per Oktober 2020 sebesar Rp 24,64 triliun, dan mencatat pertumbuhan 15 persen.

“PT BNI Asset Management yang merupakan bagian dari pada grup BNI, dan telah Spin off dari BNI sekuritas sejak tahun 2011 dan terus tumbuh berkembang hingga saat ini,” kata Adi dalam Market Outlook 2021 "Resilience to Counter Economic Turbulence - Day 1, Selasa (17/11/2020).

Kata Adi, BNI Asset Management masih tetap dapat mencatatkan pertumbuhan sebesar 15 persen sejak awal tahun 2020, tentunya pertumbuhan ini tidak terlepas dari dukungan para investor serta sinergi BNI sebagai induk dari seluruh anak perusahaan yang tergabung dalam grup BNI.

“Sebagaimana kita ketahui bahwa saat ini di masa covid-19 kita bahu-membahu untuk dapat terus bangkit dari dampak pandemi Covid-19” katanya.

Menurut Adi dalam masalah covid-19 menciptakan kondisi yang luar biasa dan berpengaruh signifikan terhadap aktivitas perekonomian serta mendorong untuk adaptasi kebiasaan baru, sebagai upaya memutus mata rantai daripada Covid-19.

Lanjutnya, di sisi pertumbuhan ekonomi berdasarkan prediksi IMF pada akhir tahun 2020 ekonomi global akan mengalami kontraksi sebesar minus 4 poin 36 persen,  dan Indonesia diprediksi berada pada level minus 1,5 persen setengah persen.

“Meskipun Indonesia mengalami negatif growth namun angka tersebut masih lebih baik dibandingkan dengan negara maju seperti Jepang dan Amerika Serikat yang berkontraksi masing-masing sebesar 5,27 persen dan juga minus 4, 27 persen,” ujarnya.

Tentunya hal ini tidak terlepas dari upaya dan Presiden, pemerintah bersama instansi terkait untuk melakukan langkah-langkah strategis yang tepat dan cepat dalam menanggulangi dampak daripada covid-19 serta pemulihan ekonomi nasional, kata Adi.

Apalagi beberapa saat lagi akan menghadapi di penghujung tahun 2020 dan bersiap menyongsong di tahun 2021, Adi mengutip pernyataan dari pada Menteri Keuangan pada kesempatan rapat paripurna rancangan undang-undang APBN 2021 pada tanggal 1 September 2020 disampaikan pada tahun 2021 ekonomi Indonesia akan kembali tumbuh berkisar di rentang 4,5 sampai 5,5 persen.

“Tentunya hal ini akan menumbuhkan optimisme pasar untuk dapat bangkit kembali secara cepat dengan beberapa faktor yang menjadi fokus, seperti produksi dan distribusi vaksin, kondisi geopolitik Global reformasi terkait investasi dan kebijakan fiskal,” pungkasnya.  

Suku bunga diproyeksikan masih bertahan di level rendah (low rate environment), namun stimulus masih dibutuhkan untuk mendorong pemulihan ekonomi menjadi background makro di tahun 2020-2021. Hal ini mendorong risiko beban hutang dari negara di Emerging Market di masa mendatang. Tingkat unemployment rate mengalami peningkatan di 2020 dan akan berlanjut di tahun 2021 bila risiko pandemi tidak segera berakhir, sehingga menjadi risiko global supply dalam jangka menengah, demikian disampaikan Putut Endro Andanawarih – Presiden Direktur BNI Asset Management dalam paparan yang disampaikan sebagai salah satu pembicara.

“Memasuki tahun 2021 , kami melihat kondisi dalam negeri  akan sedikit mengalami  inflasi yang   sedikit lebih tinggi dibandingkan tahun 2020 seiring meningkatnya penyaluran stimulus pemerintah. Kebijakan suku bunga Bank Indonesia relatif bertahan di level 3,75-4% seiring level inflasi yang mulai meningkat namun masih ada potensi penurunan suku bunga sebesar 25-50 bps dari level saat ini” kata Putut.

“Proyeksi pertumbuhan ekonomi pada level 4 - 5,1% (upside risk di 6%) pada tahun 2021, didorong oleh gradual recovery dari re-opening economy, khususnya bila vaksin sudah dapat terdistribusi. Selain itu diestimasi investasi dan ekspor meningkat, serta belanja dan program stimulus Pemerintah masih cukup solid.  Yield SUN 10 tahun diestimasi bergerak pada kisaran 6,27 – 6,65% (risk 7,3%) ditopang likuiditas lokal dan kembali masuknya investor asing ke pasar obligasi di Indonesia”, tandasnya.

KEYWORD :

BNI Asset Pandemi Covid




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :