Jum'at, 26/04/2024 19:28 WIB

Menguak Jejak Sukarno Dalam Dunia Arsitektur

Selain memproklamasikan kemerdekaan RI, Bung Karno juga punya rekam jejak dalam karya arsitektur

Bung Karno, Proklamator Kemerdekaan RI

Jakarta, Jurnas.com - Presiden RI pertama Ir. Sukarno mewariskan banyak karya arsitektur yang jejaknya terwujud dalam berbagai bangunan publik nasional.

Jejak arsitektur Bung Karno ini coba dikupas dalam diskusi virtual bertema `Bung Karno Sang Arsitek` bersama Arsitek dan Pengajar Universitas Pancasila Yuke Ardhiati serta sejarawan Bonnie Triyana, Selasa (2/6/2020).

Yuke menjelaskan Bung Karno sebenarnya lulusan Teknik Sipil jurusan Pengairan (Waterbouwkunde) dari Institut Teknologi Bandung (ITB).

Kemudiman seorang profesor di ITB bernama Charles Prosper Wolff Schoemaker, mengenali bakat Bung Karno dalam menggambar, sehingga diminta agar bersedia menjadi asisten dengan tugas semacam draftman sejumlah proyek arsitektur.

Profesor Charles Schoemaker sendiri dikenal sebagai arsitek sejumlah bangunan seperti Villa Isola dan Hotel Preanger di Bandung, Jawa Barat. Salah satu rumah yang terkenal menjadi karya mereka berdua adalah rumah Red Tulip.

"Itu menjadikan Bung Karno percaya diri mendirikan biro arsitek di tahun 1926," kata Yuke.

Sukarno juga pernah bermitra dengan Ir. Anwari, kemudian Roosseno Soerjohadikoesoemo yang dikenal sebagai Bapak Beton Indonesia dan biro konsultan arsitektur. Di tengah perjuangan kemerdekaan Indonesia, Sukarno banyak mengerjakan ide arsitektur, sementara Rooseno yang melaksanakan konstruksinya.

Yuke dalam buku-bukunya tentang karya arsitektur nasional di era Bung Karno, menyebut kematangan Sukarno terus diwujudkan dalam berbagai bangunan historis negara yang masih berdiri hingga kini.

“Dalam arsitektur, gagasan itu sudah dipandang sebagai karya. Sejak bekerjasama dengan zaman Pak Anwari dan Pak Rooseno, Bung Karno berperan sebagai penyumbang gagasan," jelas Yuke.

Diceritakan juga ketika Sukarno menjadi presiden, ia banyak memperkerjakan arsitek dalam negeri. Salah satunya adalah Sudarsono, arsitek yang memvisualisasikan ide Bung Karno tentang Tugu Monas di Jakarta.

Lantas, bagaimana Bung Karno bisa disebut terlibat sebagai arsitektur dalam membangun berbagai bangunan publik, di tengah kesibukannya sebagai seorang presiden sebuah negara yang baru merdeka?

Yuke menjelaskan bahwa dalam dunia arsitektur, ide awal saja sudah merupakan bagian dari arsitektur itu sendiri. Dan para arsitek seperti Sudarsono yang kemudian bertugas memvisualisasikan.

Berdasarkan riset dan wawancaranya dengan para arsitek yang pernah bekerja bersama Sukarno, sang presiden pertama RI itu kerap memanfaatkan acara sarapan pagi untuk berdiskusi dengan para arsitek.

Dari risetnya, Yuke menemukan bahwa berbagai bangunan publik yang dibangun di masa kepemimpinan Bung Karno, merupakan ide awal dari sang presiden.

Ia juga menceritakan sebuah kisah unik ketika Tugu Monas dibangun. Saat itu, Monas sudah hampir selesai, namun Bung Karno tiba-tiba meminta agar ditambah 10 meter lagi.

"Tiba-tiba Pak Karno bilang agar ditambah 10 meter lagi. Padahal gambar sudah selesai. Akhirnya dengan segala upaya jadi 132 meter seperti sekarang," tuturnya.

Menurut Yuke, tak terhitung banyaknya hasil karya Sukarno maupun kolaborasinya dengan arsitek yang hingga kini masih ada. Termasuk kolaborasi dengan para seniman. Bangunan itu tersebar di berbagai daerah di Indonesia, termasuk di wilayah dimana dulu Sukarno dibuang oleh penjajah.

Dari diskusi itu, Bonnie Triyana menyimpulkan selain sebagai proklamator bangsa dan presiden, Bung Karno ternyata juga seorang arsitek dan seniman yang karyanya masih bertahan hingga saat ini.

"Bung Karno adalah seorang yang selalu berkolaborasi dalam menghasilkan karya seni dan karya arsitekturnya," kata Bonnie Triyana.

KEYWORD :

Sukarno Arsitektur




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :