Kamis, 25/04/2024 08:25 WIB

AS Berencana Tambah Militer di Arab Saudi, Rusia Khawatir

Kelompok pertama pasukan AS sudah tiba di Arab Saudi, dan sisanya akan tiba dalam beberapa minggu ke depan.

Militer Amerika Serikat (AS) (Foto: PresTv)

Moskow, Jurnas.com - -decoration:none;color:red;font-weight:bold">Rusia memperingatkan bahwa rencana pemerintah -decoration:none;color:red;font-weight:bold">Amerika Serikat (AS) untuk mengerahkan ribuan pasukan militer ke -decoration:none;color:red;font-weight:bold">Arab Saudi hanya akan menambah ketegangan di kawasan Timur Tengah.

Begitu kata Wakil Menteri Luar Negeri -decoration:none;color:red;font-weight:bold">Rusia, Mikhail Bogdanov setelah Presiden AS, Donald Trump memberi tahu Kongres rencana untuk meningkatkan jumlah pasukan Amerika di -decoration:none;color:red;font-weight:bold">Arab Saudi menjadi 3.000.

Dalam sepucuk surat yang ditujukan kepada presiden Senat dan ketua Dewan Perwakilan Rakyat, Trump mengatakan pengerahan itu mencakup sistem radar dan rudal, sayap ekspedisi udara untuk mendukung operasi pesawat tempur AS dari -decoration:none;color:red;font-weight:bold">Arab Saudi, dan dua skuadron tempur.

Kelompok pertama pasukan AS sudah tiba di -decoration:none;color:red;font-weight:bold">Arab Saudi, dan sisanya akan tiba dalam beberapa minggu ke depan, menurut surat yang dirilis kepada pers Gedung Putih.

"Dengan pasukan tambahan ini, jumlah total personel Angkatan Bersenjata AS di Kerajaan -decoration:none;color:red;font-weight:bold">Arab Saudi akan menjadi sekitar 3.000. Personel ini akan tetap dikerahkan selama kehadiran mereka diperlukan," tambahnya.

Trump juga mengklaim, pembangunan militer Amerika di Timur Tengah dimaksudkan untuk melindungi kepentingan Washington dan meningkatkan perlindungan pasukan di kawasan itu terhadap Iran.

"Untuk meyakinkan mitra kami, mencegah perilaku provokatif Iran lebih lanjut, dan meningkatkan kemampuan pertahanan regional, Angkatan Bersenjata -decoration:none;color:red;font-weight:bold">Amerika Serikat tambahan telah diperintahkan untuk dikerahkan ke Timur Tengah," katanya lebih lanjut.

Ketegangan telah meningkat tinggi antara Teheran dan Washington sejak tahun lalu, ketika Trump secara sepihak menarik AS dari kesepakatan nuklir multilateral 2015 dan melepaskan sanksi terberat terhadap Republik Islam Iran.

Dalam beberapa bulan terakhir, AS juga mengambil posisi seperti perang semu terhadap Iran dan meningkatkan gerakan militernya yang provokatif di Timur Tengah, di antaranya mengirim kelompok pemogokan kapal induk dan satuan tugas pembom ke wilayah tersebut.

Pada Selasa (19/11), USS Abraham Lincoln (CVN-72) berlayar melalui Selat Hormuz, di mana sekitar seperlima dari seluruh minyak yang dikonsumsi dilewati secara global.

Sementara itu, AS tberusaha membujuk sekutunya untuk bergabung dengan koalisi internasional mengamankan jalur perdagang di Selat Hormuz dan jalur pelayaran strategis Timur Tengah lainnya.

Washington menuduh Iran memiliki peran dalam serangkaian serangan terhadap kapal tanker minyak, klaim yang Teheran tolak kuat.--/data/user/0/com.samsung.android.app.notes/files/clipdata/clipdata_191123_110007_753.sdoc-->

KEYWORD :

Arab Saudi Amerika Serikat Rusia -




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :