Sabtu, 20/04/2024 00:55 WIB

Enam Provinsi Masih di Zona Merah Buta Aksara

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2018, angka buta aksara menjadi 3,29 juta orang atau 1,93 persen dari total populasi penduduk.

Direktur Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Abdul Kahar (Foto: Muti/Jurnas.com)

Jakarta, Jurnas.com – Jumlah penduduk Indonesia yang mengalami buta aksara kembali menunjukkan tren penurunan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2018, angka buta aksara menjadi 3,29 juta orang atau 1,93 persen dari total populasi penduduk.

Sementara menurut data BPS tahun sebelumnya, jumlah penduduk Indonesia buta aksara tercatat sebanyak 3,4 juta orang atau 2,07 persen.

Kendati sudah mengalami penurunan, enam provinsi belum bergerak dari zona merah. Zona merah ialah kawasan yang persentase buta aksaranya masih berada di atas 4 persen.

Keenam provinsi tersebut ialah Papua (22,88 persen), Sulawesi Selatan (4,63 persen), Sulawesi Barat (4,64 persen), Nusa Tenggara Barat (7,51 persen), Nusa Tenggara Timur (5,24 persen), dan Kalimantan Barat (4,21 persen).

“Tahun ini kami memang sudah mengubah kebijakan dalam rangka percepatan pemberantasan buta aksara. Kami fokus ke zona merah untuk keaksaraan dasar. Kami ingin ubah warnanya, karena enam provinsi ini butuh dukungan,” kata Direktur Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Abdul Kahar, di Jakarta, pada Kamis (29/8).

Kahar optimistis sisa buta aksara sebesar 1,93 persen dapat dituntaskan oleh pemerintah. Namun dia juga menambahkan bahwa angka 1,93 persen merupakan prestasi yang luar biasa.

“Dalam artian, bahwa yang 1,93 persen tadi itu profilnya sudah jelas, yakni kemiskinan, wilayah timur, desa terpencil, perempuan, dan usia di atas 45 tahun,” terang Kahar.

Sementara Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Pendidikan Masyarakat (Dikmas) Kemdikbud Harris Iskandar mengatakan, pemerintah telah menjalankan beragam program dan kegiatan untuk menuntaskan buta aksara. Antara lain memperkuat program pendidikan keaksaraan dengan budaya, keterampilan, dan bahasa.

”Kami melaksanakan program keaksaraan dalam dua tingkatan, yaitu keaksaraan dasar bagi warga yang masih buta aksara, dan keaksaraan lanjutan bagi yang telah menyelesaikan program keaksaraan dasar,” ujar Harris.

Kemdikbud, lanjut Harris, juga melaksanakan program paska buta aksara. Program tersebut diantaranya pendidikan keaksaraan usaha mandiri (KUM) dan pendidikan multikeaksaraan. KUM berorientasi pada pemeliharaan keberaksaraan dengan fokus keterampilan usaha mandiri.

Sedangkan multikeaksaraan berorientasi pada pemerliharaan keberaksaraan dengan fokus pada lima tema pemberdayaan masyarakat, yakni profesi/pekerjaan, pengembangan seni budaya, sosial politik dan kebangsaan, kesehatan dan olahraga, ilmu pengetahuan dan teknologi.

KEYWORD :

Angka Buta Aksara Kemdikbud




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :