Jum'at, 26/04/2024 18:50 WIB

Pasca Pilkada DKI, Ditemukan Sekolah Tolak Ketua Osis Beda Agama

Anak-anak sekolah mulai cenderung mempertimbangkan faktor agama dalam pemilihan ketua Organisasi Intra Sekolah (OSIS)

Konferensi Pers Komnas HAM

Jakarta – Dampak Pilkada DKI Jakarta pada April lalu ternyata tak hanya dirasakan oleh warga ibu kota. Ujaran kebencian atas faktor agama ternyata juga berbekas di daerah. Diungkapkan oleh Ketua Yayasan Cahaya Guru Henny Supolo, hal yang paling mengkhawatirkan justru menimpa anak-anak yang sedang duduk di bangku sekolah.

Henny menyebutkan hasil temuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) di Singkawang dan Salatiga, di mana anak-anak sekolah mulai cenderung mempertimbangkan faktor agama dalam pemilihan ketua Organisasi Intra Sekolah (OSIS).

“Mereka (siswa) khawatir jika dipimpin oleh Ketua OSIS yang berbeda agama,” kata Henny dalam jumpa pers di Komnas HAM, Selasa (2/5), Jakarta.

Tidak hanya soal agama, isu Lesbian Gay Biseksual dan Transgender (LGBT) juga mulai dijadikan isu tersendiri di jenjang pendidikan. Henny mengungkapkan adanya sebuah universitas negeri yang meminta orang tua menandatangani kesepakatan berisi penegasan bahwa si anak tidak tersangkut LGBT.

“Hak belajar itu seharusnya tidak bisa ditutupi dan dihalangi oleh siapapun,” tegasnya.

Sependapat dengan Henny, aktivis Peace Generation Irfan Amalee menilai tugas sekolah kini bertambah seiring dengan adanya indikasi penanaman nilai-nilai radikalisme di sekolah. Jika dibiarkan, maka kelak perseteruan atas nama agama akan makin meluas.

“Mereka (kaum radikal) masuk melalui sejarah, teologi, instrumen, dan fisik. Instrumen misalnya, anak-anak takjub saat melihat kawan mereka membawa senjata. Lalu akhirnya terpengaruh dan ikut bergabung,” tandasnya.

KEYWORD :

Komnas HAM radikalisme




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :